Bila di Bogor ada roti Tan Ek Tjoan yang mulai berproduksi pada 1921, lima tahun kemudian di Cianjur pemerintah kolonial Belanda menugaskan Tan Keng Chu (TKC) untuk memproduksi roti bagi para tentara Belanda di Jawa Barat.
"Nama Tan itu karena keduanya bukan kakak - adik atau berkerabat, tapi salah satu marga di masyarakat Tionghoa," kata Johny Pinot saat memimpin rombongan Komunitas Japas (Jalan Pagi Sejarah) Bogor yang berkunjung ke pabrik roti legendaris itu di Jalan HOS Cokroaminoto - Cianjur, Rabu (20/8/2025).
Karena TKC semula merupakan pedagang kelontong, Belanda menyiapkan mesin penggiling adonan, tungku untuk memanggang, bahan baku, serta resep dan tata cara pembuatannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tungku untuk memanggang roti dan sejumlah peralatan di sini masih asli dari 1926," ungkap Rachmat Fajar pemandu wisata sejarah di Cianjur.
![]() |
Roti buatan TKC, alumnus Desain Interior Itenas Bandung itu melanjutkan, sepenuhnya dikonsumsi tentara Belanda dari tahun 1926 sampai 1950-an. Sebab mereka tak terbiasa mengkonsumsi nasi meskipun beras Cianjur dikenal sangat pulen.
Selain roti tawar dan roti manis, jenis yang dibuat adalah roti gambang berwarna coklat dengan taburan wijen. Kata 'gambang' konon karena bentuknya mirip seperti bilah-bilah kayu pada alat musik 'gambang kromong'.
"Setelah era itu baru roti TKC dijual untuk umum dengan wilayah pemasaran hingga Garut dan Tasik," kata Fajar yang merupakan cucu dari Bupati ke-10 Cianjur RA Aria Prawiradiredja II (1862- 1910).
Menurut Kadir, warga sekitar yang sudah bekerja TKC sejak 2005, manajemen saat ini dikelola oleh Hendri Mulyana yang merupakan generasi ke-4.
![]() |
Untuk proses pembuatan roti, ia memastikan yang dijalani sejak masa awal masih diterapkan sampai sekarang. Total waktu pembuatan dari mulai membuat adonan hingga pemanggangan sekitar 4 jam.
Semula adonan berupa tepung terigu digiling dengan mesin lalu didiamkan agar mengembang dan ditonjok-tonjok untuk mengeluarkan udara dalam adonan. Adonan roti kemudian diberi isian seperti cokelat, ayam, nanas. Setelah itu dimasukkan ke dalam tungku pemanggangan.
"Suhunya 250 derajat, dan setiap tungku mampu memanggang 25 loyang. Proses pemanggangan berlangsung selama 15 menit," beber Kadir. Jika sudah matang, imbuhnya, langsung dikemas dan siap dijual kepada pengunjung.
Roti yang paling diminati adalah roti manis. Teksturnya yang empuk dan rasa yang manis membuat roti TKC seperti nagih setiap orang yang menyantapnya untuk menikmati lagi dan lagi.
"Kalau kata Pak Mulyana, roti ini punya tiga bahan pokok yaitu terigu, mentega, dan gula. Gula yang dimasukan dalam adonan hanya 15 persen dari takaran keseluruhan adonan biar rotinya empuk saat digigit," ungkap Kadir.
![]() |
Selain dirinya, ada belasan lelaki lain yang bekerja di TKC. Semuanya merupakan warga sekitar. Begitu pun dengan para pedagang roti TKCi di sepanjang emperan pertokoan di kawasan pecinan Cianjur.
"Mereka tak keluar modal apa-apa, jadi tidak akan merugi. Penghasilan didapat dari banyaknya roti yang dijual, dan kalau tidak habis dikembalikan ke TKC," kata Fajar.
Di usia menjelang satu abad, manajemen Tan Keng Chu membuat diversifikasi produk seperti mac and cheese, pizza toast, zuppa soup, dan lain-lain.
(adr/adr)