Di Kampung Batik Laweyan, pengunjung tak hanya bisa melihat-lihat batik, tapi juga mencicipi kuliner legendaris Solo. Namanya ledre yang tercatat dalam Serat Centhini.
Solo menyimpan banyak kuliner legendaris yang bertahan sampai sekarang. Salah satunya Ledre Laweyan yang berada di Kampung Batik Laweyan.
Ledre ialah camilan yang terbuat dari intip adonan ketan dan kelapa parut dengan tambahan pisang di tengahnya. Jejak ledre ternyata sudah ada sejak ratusan tahun lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tertulis di Serat Centhini
![]() |
Dalam buku Kuliner Jawa dalam Serat Centhini karya Wahjudi Pantja Sunjata dkk disebutkan, ledre intip termasuk salah satu kudapan yang terserat dalam Serat Centhini. Untuk diketahui, Serat Centhini ialah naskah kuno Jawa yang ditulis dalam kurun waktu 1814-1823.
"Ledre intip sampai sekarang masih dapat ditemukan di daerah Surakarta. Biasanya dijajakan di tepi jalan. Namun demikian di kampung Laweyan juga dapat ditemukan pembuat dan penjual ledre intip tersebut," dikutip detikJateng dari buku yang diterbitkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta pada 2014 itu.
Dalam buku itu dijelaskan, ledre intip di Serat Centhini disebut sebagai kudapan yang kerap dibuat saat momen pesta pernikahan.
Pemilik warung Ledre Laweyan generasi kedua, Susilo (47), juga mengatakan hal serupa.
"Ada buku zaman dulu, namanya buku Serat Centhini. Katanya raja dahulu sering ke beberapa tempat, pasti beli makanan. Katanya raja menulis di buku agenda. Salah satunya ada kata-kata ledre," kata Susilo saat ditemui detikJateng di Laweyan, Kota Solo, Jumat (13/9/2024) pekan lalu.
Cara bikin ledre
Susilo bilang, awalnya ledre kuno itu dibuat dari ketan mentah yang dicampur air di wajan lalu dipanasi hingga matang. Karena proses itu memakan waktu cukup lama, ibunya Susilo, almarhumah Sri Martini, melakukan modifikasi.
"Jadi ketannya dicampur kelapa dikasih air didang (ditanak) di luar. Setelah matang baru dimasukkan ke wajan, kan lebih cepat dan lebih empuk gitu," ujar Susilo.
"Untuk pisangnya harus pisang raja karena masih agak manis ketika kena panas, beda dengan pisang lainnya. Dari segi harga, pisang raja paling mahal," imbuh dia.
Dengan cara memasak yang baru tersebut, penyajian satu ledre Laweyan kini hanya butuh waktu semenit.
Susilo mengatakan, penambahan topping atau varian baru ini mulai pada 2010 berkat saran para pembelinya.
"Kalau wisatawan beli biasanya yang pakai topping. Kalau hotel-hotel, katering, arisan, pasti (pesannya) yang original," ucap Susilo.
Warung Ledre Laweyan didirikan ibu Susilo sejak 1984. Warung ini buka setiap hari dari pukul 08.00 WIB sampai 16.00 WIB.
Ledre Laweyan original harganya Rp 3.500. Ledre Laweyan pisang coklat dan pisang keju Rp 4.000. Ledre Laweyan pisang coklat keju Rp 4.500. Ledre laweyan bisa dipesan melalui aplikasi pesan makanan.
Cerita ledre jadi makanan favorit keluara Mangkunegaran ada di halaman selanjutnya.
Favorit keluarga Mangkunegaran
![]() |
Menurut Susilo, ledre sekarang sama bentuknya dengan ledre zaman dahulu. Bedanya, ledre zaman dulu lebih keras mirip intip atau kerak nasi.
Dahulu ledre memiliki bentuk yang sama seperti sekarang, namun teksturnya lebih keras mirip seperti intip. Sekarang ledre Laweyan ketannya yang lebih lembut, matang, dan empuk.
"Ledre intip ini berdasarkan Serat Centhini memang asli Solo. Dulu di depan Mangkunegaran yang agak ke utara arah Matahari Singosaren ada ledre juga, tapi itu udah tua banget. Kurang tahu, sekarang masih ada atau tidak. Tidak seperti Ledre Laweyan, tapi ledre kuno yang lebih keras kayak intip," kata Susilo.
Susilo berujar, adik kandung Mangkunegoro IX, Gusti Pangeran Haryo Herwasto Kusumo atau lebih dikenal sebagai Gusti Heru, semasa hidupnya sering memesan Ledre Laweyan.
"Beliau ketika masih sugeng (hidup), kalau ada acara apa-apa pasti manggil kita. Kalau ada tamu, pesen di kita. Tapi setelah meninggal tidak ada yang meneruskan. Terakhir, keluarga Mangkunegaran mengundang ledre Laweyan untuk mengisi acaranya sekitar tahun 2012, saya lupa tahun pastinya," ujar Susilo.
Dahulu, ledre Laweyan biasa dipanggil ke pendopo Mangkunegaran untuk display dan live cooking. Sehingga pembeli bisa melihat langsung cara memasaknya.
"Waktu Gusti Heru tahu ledre Laweyan ini mungkin merasa karena teksturnya beda, lebih empuk, berbeda dengan ledre kuno. Mungkin dia mikirnya, loh kok, sama-sama ledre tapi lebih enak ini ya. Dari situ terus pesen di kita terus," kenang Susilo.
Ledre bisa awet sebulan
Susilo menuturkan, ledre Laweyan sering menerima pesanan dari luar kota untuk oleh-oleh. Katering lokal dan beberapa hotel di Solo juga sering memesan ledre Laweyan, termasuk untuk live cooking di acara pernikahan. Ledre Laweyan juga bisa dikirim ke luar kota.
"Suhu normal setelah proses matang itu awet 24 jam. Nanti kalau divakum, awet 2-3 hari. Kalau masuk kulkas bawah tanpa vakum bisa semingguan. Masuk freezer dengan vakum bisa sebulan lebih," jelas dia.
Pernah dicicipi banyak artis
Dalam postingan akun Instagram @ledre_laweyan, sejumlah tokoh publik dan influencer seperti Raffi Ahmad, Gading Martin, Desta, Ariel Noah, Sarah Candra, dan lain-lain pernah mampir warung Ledre Laweyan.
"Apalagi sekarang ada Instagram, Tiktok, jadi viral itu to. Pernah ada yang beli ledre Laweyan tapi nggak tahu kalau ini bagian dari Kampung Batik Laweyan," kata Susilo.
Seorang pembeli asal Jakarta, Salsa (21), mengaku baru pertama kali mencoba ledre Laweyan setelah melihat konten di Tiktok.
"Kan kita mau ke sini, jadi apa sih yang authentic di Solo ini. Wih ada ledre nih, kayaknya kita harus coba deh," kata Salsa, Jumat (13/9) pekan lalu.
"Teksturnya crispy di luar tapi dalamnya lembut, aku suka banget," imbuh Mia Cempaka (22), pembeli asal Bogor.
Artikel ini ditulis Aqila Cikal Ariyanto peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
Artikel ini sudah tayang didetikjateng dengan judul Mencicip Ledre di Laweyan Solo, Kuliner Jadul yang Tertulis di Serat Centhini
Simak Video "Video: Penjelasan BPOM soal Taiwan Larang Indomie Soto Banjar "
[Gambas:Video 20detik]
(raf/adr)