Dari Hobi Jajan, Laura Sukses Sajikan Kue Tradisional di Istana Negara

Ragam Takjil Enak

Dari Hobi Jajan, Laura Sukses Sajikan Kue Tradisional di Istana Negara

Riska Fitria - detikFood
Jumat, 22 Mar 2024 17:30 WIB
Iki Koue
Foto: detikcom
Jakarta -

Berawal dari hobi makan, Laura Wiramihardja berhasil mendirikan rumah produksi jajanan tradisional. Bahkan sajikan jajan pasar pada jamuan di Istana Negara.

Meski banyak bermunculan kue-kue kekinian, tetapi jajanan tradisional khas Nusantara masih banyak dicari. Mulai dari talam, klepon, bubur cendil, getuk, dan lainnya.

Seperti yang ditawarkan oleh Iki Koue, produsen jajanan tradisional yang banyak peminatnya. Kue tradisional di Iki Koue dibuat sesuai dengan selera kekinian dengan kemasan modern dan menarik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Laura Wiramihardja adalah sosok di usaha kue tradisional Iki Koue. Kepada detikcom (27/03/24) Laura mengatakan bahwa ia mendirikan Iky Koe?? bersama partnernya, Karina Kumarga.

1. Berawal dari doyan Makan

Iki KoueLaura Wiramihardja founder Iki Koue Foto: detikcom

Laura berperan besar di dapur, mulai dari membuat adonan, membuat kreasi menu, dan membuat resep. Sementara Karina berperan dalam operasional.

ADVERTISEMENT

Meski begitu, ternyata Laura sama sekali tidak memiliki latar pendidikan di bidang kuliner. Wanita yang mengenyam pendidikan di Belanda ini hanya belajar dari resep orang tua.

"Aku emang suka makan, jadi dari dulu ibu aku suka banget bikin kue. Dan sejak itu juga aku jadi tertarik buat ikut bikin. Jadi selalu nanya 'kita bikin apa ni' karena aku suka makan," tutur Laura.

2. Ingin lestarikan kue tradisional

Iki KoueLaura Wiramihardja ingin melestarikan jajanan tradisional lewat Iki Koue. Foto: detikcom

Dari hobi makan, kemudian piawai dalam membuat kue Nusantara, kemudian Laura diajak oleh rekannya, Karina untuk mendirikan Iki Koue.

"Awalnya saya ragu, tapi akhirnya saya coba juga. Karena saya mau melestarikan kue-kue tradisional. Resepnya juga autentik kan, ibu saya itu dari nenek saya," ujar Laura.

Iky Koe sendiri berdiri di tahun 2015. Awalnya buka secara online, menerima pesanan di Instagram. Kemudian dimulai dengan menawarkan ke individu hingga perusahaan.

Penamaan Iki Koue diambil dari bahasa Jawa "Iki Kue" yang artinya 'Ini Kue'. Kemudian dibuat dengan font Jepang, karena menurut Laura saat Iki Koue berdiri budaya Jepang sedang menjadi tren.

Kisah Laura Wiramihardja dalam mendirikan Iki Koue ada di halaman selanjutnya.

3. Hanya ada dapur besar dan satu outlet

Iki KoueIki Koue hanya memiliki satu dapur utama dan satu outlet. Foto: detikcom

Hingga ssaat ini, Iki Koue hanya memiliki dapur besar di kawasan BSD, Serpong. Iki Koue hanya memiliki satu outlet di ASHTA District 8.

"Kita itu dapur besar, jadi lebih ke online. Orang pesan kita kirim, jadi gak dipajang. Cuma ada satu outlet kita di ASHTA yang memajang menu-menunya," tutur Laura.

Salah satu menu yang jadi andalan di Iki Koue adalah getuk pelangi. Ada juga menu bubur jagung manis yang baru diluncurkan, tetapi langsung jadi favorit pelanggan.

Menunya beragam, mulai dari bubur manis, gorengan, kue basah manis, kue gurih, hingga kue kering. Meskipun tradisional, tetap tetap sentuhan modern.

4. Ada sentuhan modern

Iki KoueIki Koue menawarkan sentuhan modern pada jajanan tradisional. Foto: detikcom

Sentuhan modern pada jajanan tradisional yang ditawarkan di Iki Koue ada pada penyajian dan pengemasan. Untuk penyajian ada pada warna dan topping kue.

"Biasanya bentuk dan warna kita coba yang lebih kekinian, kita pilih lebih mencolok, harus instagramable, karena supaya menarik perhatian orang," ujarnya lebih lanjut.

Pengemasan juga dibuat kekinian. Jajanan tradisional di Iki Koue tersedia dalam pengemasan tampah. Penataannya cantik dengan beragam kue, cocok untuk jamuan.

"Ada twist modernnya, tetapi tetap rasa kita pakai resep tradisional. Jadi, kita gak ngerusak rasa autentiknya,".

5. Sajikan menu di Istana Negara

Iki KoueIki Koue pernah diundang ke Istana Negara. Foto: detikcom

Jajan pasar tradisional Iki Koue pun pernah menjadi menu jamuan di Istana Negara. Ini terjadi pertama kali pada tahun 2017, di mana saat itu produsen kue ini belum memiliki nama.

"Waktu itu belum punya nama, kita ikut restoran yang masuk ke Istana. Pertama ditanya bisa gak bikin tumpeng sawut singkong?".

"Kita gak jual sebenarnya, tapi karena ini kesempatan jadi kita bikin dan akhirnya jadi jamuan pas acara 17 Agustus. Terus diundang lagi di acara yang sama di tahun 2018," ujar Laura.

Setelah itu, Iki Koue tak diundang lagi mengingat di tahun 2019 terjadi pandemi COVID-19 sehingga Istana tidak mengadakan acara.

"Tapi di tahun 2020, ada orang Istana yang hubungi, orangnya beda dari sebelumnya dan mereka tetap undang kita untuk acara 17 Agustusan," tutup Laura.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Nyobain Jajanan Pasar di Kafe Vintage"
[Gambas:Video 20detik]
(raf/odi)

Hide Ads