Sate kere populer di Solo dan Jogja, tapi keduanya punya versi berbeda. Di Jogja, sate kere umumnya berbahan gajih sapi yang lumer, juicy, dan gurih!
Mendengar sate kere, pasti banyak orang teringat dengan kuliner Solo. Sate kere di sana terbuat dari tempe gembus yang berbahan dasar ampas tahu.
Di Jogja, sate kere tidak seperti itu. Sate kere dibuat dari gajih sapi sebagai bahan utamanya, meski ada juga yang menggunakan daging sapi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sate kere punya sejarah unik. Mengutip laman visitingjogja yang dikelola Dinas Pariwisata DIY dan laman resmi Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, sate kere diambil dari kata 'kere' yang dalam bahasa Jawa berarti miskin atau tidak memiliki uang. Konon, sate ini dulunya hanya dibeli oleh masyarakat kalangan bawah yang tidak mampu membeli sate daging.
Namun kini sate kere sudah menjadi kuliner incaran berbagai kalangan, termasuk wisatawan. Salah satu penjual legendaris sate kere adalah Mbah Suwarni sejak 1984.
![]() |
Mbah Suwarni telah meneruskan resep turun temurun dari orang tua dan saudaranya hingga saat ini. Ia berjualan di dekat pintu masuk selatan Pasar Beringharjo dan berada di bawah jembatan dengan banner berwarna kuning cerah bertuliskan Sate Kere Mbah Suwarni.
Mbah Suwarni menjual sate berisi gajih yang dilengkapi dengan bumbu bawang putih, bawang merah, dan gula jawa.
Sate Mbah Suwarni ini menjadi langganan pejabat penting termasuk mantan Wali Kota Jogja, R. Widagdo dan Haryadi Suyuti. Sate kere Mbah Suwarni juga sering dipesan pada berbagai acara penting di Kota Jogja.
Selain sate kere dari gajih sapi, Mbah Suwarni juga menjual sate dari daging sapi. Harga yang dijual adalah untuk sate kere Rp 10 ribu per 3 tusuk dan untuk sate daging sapi Rp 5 ribu per tusuk.
Mbah Suwarni dapat mengolah gajih dan daging sapi hingga 15 kilogram setiap harinya.
![]() |
Kelezatan sate kere berasal dari cara pembuatannya yang direndam bumbu hingga meresap sebelum dibakar menggunakan arang. Hal ini yang membuat sate jenis ini menjadi lembut dan memiliki cita rasa tersendiri. Bumbu yang dipakai pada sate kere terdiri dari bawang putih, merica, ketumbar, gula jawa, dan garam.
Dalam satu tusuknya, terdapat 4-5 potongan daging yang dipotong dadu kecil-kecil. Satu porsi sate kere pada umumnya berisi 5 tusuk dan disajikan dengan sambal berbentuk cair. Sambal yang dipakai disebut dengan kuah rujak yang rasanya pedas dan manis.
Selain itu, sate kere di Jogja biasa disajikan dengan ketupat atau kupat sayur. Sate ini menjadi lauk tambahan dari sajian kupat sayur yang berkuah. Berbagai tempat makan sate kere sering dijumpai menjual hidangannya bersama kupat sayur.
Melansir visitingjogja, keunikan lain yang dimiliki sate ini dapat tercium dari aroma khasnya yang sedap ketika sedang dibakar. Sate kere kini dijual para pedagang dengan berbagai varian mulai dari yang original hingga varian yang diberi bumbu kecap atau bumbu kacang. Meski dibuat menggunakan jeroan berupa gajih sapi, banyak pedagang yang menjual menggunakan daging sapi saja.
![]() |
Tertarik coba? Tempat makan makan sate kere selain Mbah Suwarni adalah Sate Kere Kupat Sayur Mbah Mardi di Jalan Godean No. 5, Sate Kere Gajih Sapi di Jalan Jambon No. 8-60, Kricak, Sate Kere Kupat Sayur Pak Bambang di Jalan Ngapak-Kentheng No. 4, dan Sate Kere Lek Jimmy di Jalan Kaliurang Km 10.
Artikel ini ditulis oleh Anandio Januar Peserta program magang bersertifikat kampus merdeka di detikcom.
Artikel ini sudah tayang di detikjogja dengan judul Sate Kere Jogja: Makanan Legendaris dan Unik yang Punya Sejarah Menarik
(adr/adr)