Lezatnya Menu Olahan Rusa Khas Merauke, Mulai dari Dendeng hingga Bakso

Jelajah Desa BRILian

Lezatnya Menu Olahan Rusa Khas Merauke, Mulai dari Dendeng hingga Bakso

Hana Nushratu - detikFood
Kamis, 07 Des 2023 19:52 WIB
Dendeng Rusa di Merauke
Foto: dok. Rifkianto Nugroho/detikcom
Merauke -

Rusa merupakan salah satu hewan ikonik di Merauke. Hal ini tak lepas dari populasi rusa yang cukup banyak ditemui hingga dibuat menjadi olahan makanan.

Selain lezat, daging rusa juga dikenal tinggi protein. Maka dari itu, banyak warga sekitar mengolah daging rusa menjadi berbagai hidangan, mulai dari dendeng hingga bakso rusa.

Dendeng Rusa

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Martinah, warga Jalan Ternate, Desa Seringgu Jaya, merupakan salah satu pengusaha dendeng rusa. Dendeng yang diproduksinya diberi merek 'Queen'.

Sebelum menjadi pengusaha dendeng rusa, Martinah sempat bekerja sebagai karyawan pembuat dendeng milik orang lain. Namun pada 2012, ia terbersit untuk membuka usahanya sendiri.

ADVERTISEMENT

"Kemudian saya pinjam uang untuk modalnya dari BRI sebanyak Rp 70 juta," kata Martinah, kepada detikcom beberapa waktu yang lalu.

Mulanya, Martinah menitipkan dagangannya ke pasar atau toko-toko. Beberapa bulan pertama, ia hanya bisa menjual kurang lebih 300 kg per bulan.

Namun sejak dendengnya semakin dikenal, Martinah sudah tidak perlu menjemput bola alias hanya menunggu orang datang mengambil produknya di rumah.

"Biasanya yang pesan itu untuk oleh-oleh," ucap Martinah.

Dendeng Rusa di MeraukeDendeng Rusa di Merauke Foto: dok. Rifkianto Nugroho/detikcom

Martinah menjual dendeng rusa tersebut dalam kemasan setengah kilogram atau 500 gr. Harga yang ditawarkan cukup bervariatif tergantung dengan rasanya. Dendeng rasa manis dijual Rp 100 ribu, rasa manis pedas dijual Rp 115 ribu, dan yang asin dijual Rp 120 ribu.

"Saya dapat daging (rusa) dari Raja Ampat," kata Martinah.

Proses pembuatan dendeng rusa memakan waktu 4-5 hari. Pertama-tama, daging rusa yang diiris tipis. Kemudian, dimarinasi dengan bumbu yang terdiri dari campuran merica, ketumbar, garam, gula (tambahan untuk varian manis), dan cabai (tambahan untuk varian manis pedas).

"Yang manis dan pedas dimarinasi semalam (satu malam). Yang asin cuma 2 jam (dimarinasi), langsung dijemur," imbuh Martinah.

Kemudian, dendeng dijemur selama tiga hari di bawah sinar matahari terik. Setelah dijemur, dendeng pun diangkat dan dikemas dalam kemasan.

Cara menikmati dendeng rusa, cukup dengan digoreng di minyak panas hingga kering. Setelah matang, baru bisa disajikan dengan cara dimakan langsung sebagai cemilan atau lauk teman makan dengan nasi hangat.

Rasa dendeng rusa sendiri mirip dengan daging kambing. Sementara untuk teksturnya seperti daging sapi yang renyah dan gurih.

Dalam satu bulan, Martinah bisa menjual 500-600 kg dari sebelumnya 300 kg. Penghasilan yang diperoleh pun cukup stabil yaitu Rp 5 juta per bulan.

Berkat usahanya, Martinah yang merupakan orang tua tunggal bisa menghidupi ketiga orang anaknya. Selain itu, ia juga bisa membangun tempat tinggalnya sendiri.

"Ya Alhamdulillah bisa bikin rumah, biayain anak-anak. Terima kasih ke BRI karena sudah membantu usaha ini," jelas Martinah.

Bakso Rusa

Tak jauh dari produsen dendeng 'Queen', ada produsen olahan rusa lainnya yang cukup populer yaitu bakso rusa. Di sana ada usaha rumahan yang memproduksi bakso rusa 'Mawar'.

Di balik itu semua, ada sosok Arbainnah. Ia sudah merintis usaha ini sejak awal tahun 2013.

"Dulu awalnya suami saya cari daging di Okaba (daerah di Merauke). Kebetulan waktu itu daging susah dijual, saya harus cari alternatif supaya daging itu bisa dijadikan uang. Akhirnya saya coba-coba bikin bakso dan sudah berjalan sekitar 13 tahun," ujar Arbainnah.

Bakso Rusa di MeraukeBakso Rusa di Merauke Foto: dok. Rifkianto Nugroho/detikcom

Di awal kariernya sebagai produsen bakso rusa, Arbainnah hanya memproduksi paling banyak 5 kg daging. Sarana promosi yang digunakan saat itu yakni mulut ke mulut. Di samping itu, ia juga rajin pergi ke pasar untuk menitipkan dagangannya.

Seiring berjalannya waktu, Arbainnah kini sudah memproduksi bakso dari 100 kg daging rusa. Selain itu, ia juga tidak perlu menaruh produknya di toko atau pasar. Sebab, banyak pembeli yang mendatangi langsung kediamannya untuk membeli bakso rusa.

Proses pembuatan bakso rusa bisa menghabiskan waktu sekitar 1 hari. Langkah pertama untuk membuat bakso rusa yaitu menimbang daging seberat 5 kg sebagai bahan dasar untuk adonan. Setelah ditimbang, daging tersebut dicuci bersih, diberi bumbu, dan digiling ke dalam mesin.

"Habis itu kita cetak bulat-bulat pakai mesin yang ada. Direbus, diangkat terus direndam pakai air es supaya cepat dingin, nanti jadi gampang pembekuannya di dalam freezer," tutur Arbainnah.

Arbainnah mempekerjakan 6 orang karyawan untuk membantu usahanya. Mereka bekerja di rumah produksi bakso rusa setiap Senin-Sabtu.

"Ada 6 orang karyawan di sini dan harus serba bisa," kata Arbainnah.

Bakso Rusa di MeraukeBakso Rusa di Merauke Foto: dok. Rifkianto Nugroho/detikcom

Tekstur dan rasa bakso rusa sendiri tidak kalah lezat dari bakso sapi. Bakso rusa khas Merauke ini punya tekstur yang kenyal dan gurih.

Bakso rusa bisa disajikan dengan mi kuning, bihun, seledri, kecap, dan sambal. Hidangan ini tentunya cocok untuk dikonsumsi pada saat musim hujan. Di samping itu, bakso rusa juga bisa diolah menjadi pentol bakar maupun sebagai pelengkap hidangan lain seperti sup ayam.

Arbainnah menjual bakso rusa seharga Rp 50 ribu per kilogram. Selain bakso halus, Arbainnah juga menjual jenis bakso lainnya yang terbuat dari daging rusa. Di antaranya yaitu bakso tahu, bakso mercon, bakso telur, dan bakso beranak.

Kebanyakan konsumen, khususnya yang berasal dari luar kota, membeli bakso rusa sebagai oleh-oleh. Selain itu, banyak juga konsumen yang membeli bakso rusa Arbainnah untuk makanan sehari-hari hingga acara-acara besar.

"Alhamdulillah saya bisa menjual 4 ton per bulan," tutur Arbainnah.

Usaha yang digeluti oleh Arbainnah skalanya semakin besar dari tahun ke tahun. Oleh karenanya, Arbainnah perlu aplikasi perbankan yang bisa menunjang bisnisnya seperti aplikasi BRImo dari Bank BRI.

"Untuk transaksi, saya biasa menggunakan Bank BRI dengan aplikasi BRImo soalnya pelanggan-pelanggan saya rata-rata pembayarannya transfer melalui BRImo," tutur Arbainnah.

"Kalau ada pembeli (yang) transfer, jadi gampang ngeceknya. Cukup lewat HP, jadi nggak usah ke ATM dulu," pungkasnya.

Sebagai informasi, detikcom bersama BRI mengadakan program Jelajah Desa BRILian yang mengulas potensi dan inovasi desa di Indonesia baik dari segi perkembangan ekonomi, infrastruktur, hingga wisata serta dampaknya terhadap masyarakat lokal maupun nasional. Untuk mengetahui informasi program Desa BRILian lebih lanjut, ikuti terus informasinya hanya di jelajahdesabrilian.detik.com!




(prf/ega)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads