Martabak Manis dari Fujian Jadi Menu Makan Malam Pekerja Tambang Timah

Martabak Manis dari Fujian Jadi Menu Makan Malam Pekerja Tambang Timah

Deni Wahyono - detikFood
Senin, 04 Des 2023 15:00 WIB
Diadaptasi dari Kuliner China, Martabak Manis Populer Sebagai Jajanan Legit
Foto: Getty Images/Muhammad Senopati
Jakarta -

Martabak manis merupakan salah satu kudapan manis yang populer di berbagai daerah di Indonesia. Dijajakan di kaki lima di malam hari yang punya sejarah unik.

Makanan ini punya julukan atau nama yang berbeda-beda di setiap daerah. Kalau di Bangka, martabak dikenal juga dengan nama Hoklopan.

Asal-usul Nama Martabak Bangka atau Hoklopan

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hoklopan berasal dari akar kata 'hoklo' dan 'pan' yang berarti makanan orang Hoklo atau Hokian. Sedangkan sebutan 'kue panekuk' sendiri berasal dari proses pembuatannya. Yakni adonan yang sudah matang diangkat dari loyang kemudian ditekuk atau dilipat. Baru setelah itu dipotong-potong.

Ada lagi nama lainnya, yaitu kue tabok. Nama ini diambil dari proses memasaknya, di mana bagian atas martabak biasanya ditabok atau ditampar, lalu diolesi mentega dan diberi topping.

ADVERTISEMENT

Sejarah Martabak Bangka

Manis Legit Martabak Bangka Afo di Bogor yang Dipanggang Pakai ArangMartabak dibawa oleh orang China yang datang ke Pulau Bangka sebagai pekerja tambang timah. Foto: dok. detikFood

Sejarahnya, hoklopan merupakan makanan dari China. Tepatnya Provinsi Fujian. Martabak dibawa oleh orang China yang datang ke Pulau Bangka sebagai pekerja tambang timah. Umumnya mereka berlatar belakang suku Hakka atau Kek dan suku Hokian atau Hoklo.

Sejarawan dan budayawan Bangka Belitung, Akhmad Elvian menjelaskan bahwa para pekerja tambang timah asal China ini datang pada masa Kesultanan Palembang Darussalam, Sultan Susuhunan Mahmud Badaruddin I Jayowikramo. Tepatnya pada sekitar tahun 1724-1757 Masehi.

Sebelumnya, pada tahun 1710, Kesultanan Palembang Darussalam di bawah kepemimpinan Sultan Muhammad Mansyur Jayo Ing Lago telah menandatangani perjanjian kontrak perdagangan timah dengan VOC.

"Kontrak perdagangan timah dengan VOC diperbaharui setiap setahun sekali. Tujuannya untuk memenuhi jumlah kuota timah sekitar 30.000 pikul setiap tahun. Jadi, Sultan Mahmud Badaruddin I Jayowikramo harus mendatangkan tenaga-tenaga kerja terampil di bidang pertambangan timah yaitu orang China dan orang Melayu," jelas Akhmad Elvian kepada detikSumbagsel, Jumat (27/10/2023).

Atas usaha dari tokoh bernama Entjek Wan Serin, didatangkanlah orang China dan Melayu dari Johor, Siantan, Semenanjung Malaka, Vietnam, Laos, dan Patani ke Pulau Bangka untuk menambang timah.

Singkat cerita, kebijakan mendatangkan orang orang China untuk menambang timah kemudian dilanjutkan pada masa pendudukan Inggris, 1812-1816. Mereka didatangkan dari Kanton, total sekitar 1.600 pekerja pria. Kemudian tahun 1816 pada masa Hindia Belanda, mulai didatangkan pekerja tambang timah dari China Selatan.

Kembali ke sejarah martabak Bangka. Selain bekerja sebagai penambang timah, masyarakat China yang datang ini memiliki banyak keahlian. Di antaranya bertukang, berkebun, beternak, hingga mengolah makanan. Salah satu makanan yang banyak diolah adalah martabak atau hoklopan tadi.

martabakHoklopan atau martabak dahulunya dikonsumsi sebagai pengganti nasi. Foto: detikfood

Dulu, Hoklopan atau martabak ini dibuat sebagai pengganti nasi, khususnya pada malam hari. Sebab, pada zaman itu beras sulit didapatkan di daerah Bangka.

Saat itu, proses memasak adonan martabak masih tradisional, yakni menggunakan arang dengan alas menggunakan loyang terbuat dari logam (besi atau tembaga). Untuk adonan Hoklopan dibuat tepung terigu atau mianfu.

"Awalnya dulu cuma ada dua jenis topping, yaitu dari kacang tanah dan wijen. Sebagai pengganti nasi pada malam hari, Hoklopan merupakan makanan rumah tangga dan dibuat satu kali adonan hanya untuk satu kali pembuatan," kata Elvian.

Kemudian seiring waktu, hoklopan yang awalnya merupakan makanan rumahan mulai dijual atau dipasarkan. Yakni untuk makan malam dan sarapan pagi bagi masyarakat Bangka.

"Pada saat awalnya Hoklopan belum dijual utuh, akan tetapi dijual per potong dengan diwadahi lapisan kertas," sambungnya.

Saat itu Hoklopan dikenal sebagai makanan rumahan. Jadi, meskipun dijual, martabak ini hanya diberi brand nama atau keluarga pembuatnya saja. Namun siapa sangka, sekarang hoklopan dikenal luas bahkan skala nasional, dengan nama martabak Bangka.

Makanan ini pun menjadi bagian dari pariwisata, terutama sebagai gastronomi, gastrodestinasi, dan gastrodiplomasi bagi masyarakat Bangka.

Baca sejarah martabak manis selengkapnya di sini!




(dfl/odi)

Hide Ads