Ciri-ciri biji kopi Liberica lonjong dan mirip biji kurma bisa dibaca di halaman berikut.
Biji Kopi Liberica Lonjong Mirip Biji Kurma
![]() |
Ada 2 pohon kopi Liberica di Blitar Utara. Tepatnya di belakang rumah warga Desa Resampombo Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar.
Aris Setiyono, ketua kelompok tani kopi di Resapombo mengajak tim detikJatim langsung ke lokasi. Pohon dengan usia sekitar 10 tahun itu tumbuh menjulang disamping pohon kopi Excelca. Mudah untuk membedakan, batang, pohon dan bijinya.
"Kalau dilihat fisik pohon, Liberica memang mirip Excelca. Tapi daun Liberica lebih lebar seperti daun nangka. Batang pohonnya juga lebih besar. Dan lihat, buah kopinya jauh lebih besar Liberica," kata Aris menunjukkan perbedaan mencolok itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Buah kopi Liberica berbentuk lonjong meruncing ujungnya. Mirip buah melinjo. Jika dikupas kulit buahnya, semakin nyata perbedaan biji Liberica dengan Robusta ataupun Excelca. Biji kopi Liberica memiliki dikotil lebih besar, pipih lonjong, sangat mirip dengan biji kurma.
"Sebenarnya di sini nggak hanya satu. Saya pernah nemu seperti ini juga di dalam hutan sana. Hanya satu pohon. Karena langka, saya pernah coba pembenihan. Tapi dari 200 batang bibit, hanya tersisa satu ini saja yang hidup," ungkapnya.
Harganya Mencapai Rp 180.000 per Kilogram
Liberica sendiri masa panennya hanya sekali per tahun. Dari satu pohon Liberica, hasil panennya sekitar 30 kg. Jika telah diproses, hanya menghasilkan sekitar 3,5 kg biji kopi (green bean).
Menurut Aris, Liberica memang langka, namun banyak peminat, Aris pun membanderol harga kopi Liberica hingga Rp 80-180 ribu per kg. Tergantung dari prosesnya. Harga tertinggi itu, jika sudah difermentasi menjadi wine coffee.
Di Blitar sendiri, hanya satu kafe yang punya stok kopi langka ini. Yakni 'Sekui Kopi' di wilayah Wlingi, Kabupaten Blitar.
Fendi sang pemilik mengaku, animo penikmat kopi mulai bergeser ke kopi Liberica. Awalnya mereka hanya penasaran karena dibilang kopi langka. Tapi lama kelamaan, semakin banyak yang cocok rasanya.
"Mulai banyak yang suka, terutama pecandu kopi. Saya jualnya juga lebih mahal dibandingkan kopi lainnya. Satu sloki saya jual Rp 10 ribu, kalau kopi lainnya hanya Rp 8000," jawab Fendi.
Lalu bagaimana menurut pembeli? Pemuda asli Blitar, Malik pun memberikan pendapatnya sebagai pencinta kopi.
"Dominan pahitnya itu nyethak (melekat di ujung lidah). Bener kalau dibilang kopi Nangka karena aromanya seperti nangka," ujarnya.
Simak Video "Video: Sensasi Nyeduh Kopi Langsung dari Kebun di Puncak Gunung Muria"
[Gambas:Video 20detik]
(yms/odi)