Jamu telah lama dimanfaatkan sebagai minuman penambah stamina. Khusus pria, coba bikin resep kuno jamu stamina ala Keraton Solo ini. Bahannya penuh rempah!
Menjaga daya tahan tubuh bisa dengan berbagai cara. Selain mengonsumsi makanan sehat, minuman yang penuh nilai gizi pun begitu disarankan.
Jamu, bisa jadi salah satu jawabannya. Minuman tradisional ini punya sejarah panjang di Indonesia. Jamu dinikmati berbagai kalangan, mulai dari orang biasa hingga kalangan ningrat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Buktinya Serat Husada karya Paku Buwono X mencantumkan resep jamu kuno untuk penambah stamina pria. Resep jamu ini bisa jadi inspirasi untuk membuat daya tahan tubuh pria lebih kuat.
Begini cara membuat jamu stamina pria ala Keraton Solo:
1. Tentang Serat Husada
Menurut buku Kitab Jamu Tradisional Jawa yang Menguak Rahasia Kesehatan & Kecantikan Bangsawan Kraton Sepanjang Masa (Elmatera Publishing, 2018), Serat Husada ditulis oleh Sunan Paku Buwono X, raja Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang bertakhta pada 1893-1939.
Dalam pengantar buku terjemahan bebas Serat Husada tersebut, penerjemah Naresworo Dyan Benowo menjelaskan Sunan PB X sangat peduli dengan jamu tradisional sehingga dengan tangannya sendiri mengumpulkan dan menuliskan resep-resep jamu tradisional Jawa dalam Serat Husada.
"Menurut Sunan Paku Buwono X, bagi masyarakat Indonesia, jamu adalah resep turun-temurun dari leluhurnya agar dapat dipertahankan dan dikembangkan (hlm. 4)."
Baca Juga: Ini 5 Jamu Tradisional yang Bisa Jaga Kebugaran dan Imun Tubuh
2. Resep jamu kuno untuk menjaga stamina pria
![]() |
1. Klabet direbus lalu dibuang airnya, kemudian direbus sekali lagi. Setelah matang, klabet dibungkus kain dan diperas. Air perasan itu kemudian direbus, dicampur dengan gula dan mentega. Setelah mendidih, angkat lalu dinginkan. Minum satu sendok makan tiap pagi dan malam sebelum tidur.
2. Air rebusan klabet satu cangkir ditambah gula dan mentega, direbus hingga mendidih lalu minum setelah tidak terlalu panas.
3. Rebusan bahan komplet dalam satu kuali. Bahannya terdiri dari:
Daun legundi: 1 genggam
Daun gude: 1 genggam
Temulawak diiris lalu dijemur sampai kering.
Jongrab: 1 genggam, dicuci dalam air rendaman abu
Kayu ulet: 3 buah
Jeruk nipis: 3 butir, dibuang isinya, 1 butir dibelah.
Semua bahan direbus dalam satu kuali hingga mendidih. Air rebusannya bisa diminum tiap hari. Bahan-bahan obat tradisional tersebut bisa diperoleh di toko shinse atau klinik herbal, dan banyak juga dijual di toko online.
Baca Juga: Apakah Jamu dan Obat Herbal Halal Dikonsumsi? Ini Penjelasan MUI
3. Petunjuk penggunaan tanaman obat
Dalam pengantarnya, Naresworo Dyan Benowo menjelaskan untuk mendapatkan bahan yang terbaik dari tanaman obat, perlu diperhatikan pedoman saat pengumpulan bahan obat secara umum berikut ini:
1. Daun dikumpulkan sewaktu tanaman berbunga dan sebelum buah masak
2. Bunga dikumpulkan sebelum atau segera setelah mekar
3. Buah dipetik dalam keadaan masak
4. Biji dikumpulkan dari buah yang masak sempurna
5. Akar, rimpang (rhizome), umbi (tuber), dan umbi lapis (bulbus) dikumpulkan sewaktu proses tumbuhan berhenti.
Selanjutnya, bahan obat yang sudah dikumpulkan segera dicuci dengan air mengalir dan bisa segera dimanfaatkan dalam kondisi segar. Tapi bisa juga dikeringkan untuk disimpan dan digunakan sewaktu-waktu.
Dengan dikeringkan, bahan obat itu bisa lebih tahan lama alias tidak mudah busuk karena jamur atau bakteri. Selain itu, bahan obat yang dikeringkan juga lebih mudah dihaluskan atau dibuat serbuk.
4. Cara mengeringkan bahan obat
Untuk mengeringkan bahan obat, ada cara khusus yang bisa kamu lakukan. Cara ini menjaga agar kualitas bahan obat bertahan lebih lama.
Baca artikel selengkapnya DI SINI.
Baca Juga: 3 Resep Kuno Jamu Stamina Pria ala Keraton Solo, Lengkap Cara Raciknya
(adr/adr)