Berjelajah di Desa wisata Les, Tejakula, Bali kamu akan diajak sarapan sambil menikmati keindahan pantai. Ada menu blayag hingga bulung yang unik.
Tak hanya Bali bagian Selatan saja, bagian Utara pun tak kalah indah dan beragam soal wisata dan kulinernya. Kamu bisa berjelajah di Desa Les, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, Bali.
Detikcom bersama Wuling dalam Rangkaian Ekspedisi 3.000 Kilometer pun tak mau ketinggalan untuk menikmati sensasi menjelajahi Desa Les (10/10).
Baca Juga: Sepi Wisatawan, Rak Oleh-oleh Krisna di Buleleng Bali Kosong Melompong Tak Distok
![]() |
Kami dipandu langsung oleh Chef Gede Yudiawan yang juga memiliki jabatan adat sebagai Jero Mangku Dalem Suci, Les, Buleleng. Kegiatan dimulai dengan sarapan di Warung Tasik.
Warung Tasik sendiri merupakan bisnis kuliner Chef Yudi yang dibangun untuk memberdayakan Desa Les. Warungnya berada di pinggir pantai dengan sisi sampingnya dipenuhi dengan lahan pembuatan garam.
Suasana sejuk dan angin semilirpun menghembus segar. Di sana kami disuguhkan dengan berbagai menu lezat untuk sarapan oleh Chef Yudi. Mulai dari menu pembuka, hidangan utama hingga makanan penutup.
![]() |
Untuk pembuka ada menu bubur sumsum. Buburnya lembut dengan cita rasa gurih dari santan. Kemudian diberi topping berupa juruh atau gula aren yang dibuat sendiri dari air lontar yang diambil dari pohon lontar sehingga rasanya legit alami.
Sementara untuk menu utama, kami dihidangkan blayag khas Buleleng. Menu yang satu ini sekilas terlihat seperti lontong sayur, hanya saja lauk pelengkapnya dan cita rasanya berbeda.
"Blayag itu seperti lontong sayur cuma gaya Bali, jadi lebih banyak rempah. Jadi blayag itu sama kayak ketupat, cuma dia bentuknya lonjong," ujar Chef Yudi kepada detikcom.
![]() |
Seporsi blayag tersebut disajikan dengan kuah santan, ayam, ikan tuna suwir pelalah, telur, urap dan saur atau serundeng. Tentu saja urap Bali berbeda dengan urap khas Jawa.
"Kalau dari segi sayuran mungkin sama, tapi kalau dari bumbu dan rasa itu, urap Bali lebih berempah dan bercabe jadi agak pedas. Kalau di Jawa itu kan manis," tutup Chef Yudi.
Rasa kuah santannya gurih dan seperti hidangan opor ayam bertekstur creamy. Sementara ikan tuna suwirnya disajikan dengan cabe tetapi rasanya tidak terlalu pedas.
![]() |
Untuk blayagnya sendiri rasanya sama seperti ketupat dengan tekstur yang lembut dan halus. Serundengnya juga berbeda karena berwarna kuning dengan sentuhan rasa gurih dan manis.
Untuk makanan penutupnya, kami mencicipi bulung. Bulung merupakan puding yang terbuat dari rumput laut. Makanan ini juga berasal dari Bali.
"Itu rumput laut yang dikeringkan. Kami oleh secara sederhana. Kita rebus, kita tambahkan garam dan gula lontar. Setelah itu didiamkan dan didinginkan baru disajikan," tutur Chef Yudi.
Bulung tersebut disajikan dengan kelapa parut sebagai topping. Teksturnya kenyal seperti agar-agar. Sementara untuk rasanya manis pas dengan paduan gurih dari kelapanya.
![]() |
Chef Yudi mengatakan bahwa setiap hari menu yang disajikan di Warung Tasik ini selalu berubah-ubah. Menunya tidak jauh dari kuliner khas Bali tepatnya di Kabupaten Buleleng.
"Setiap hari kita menunya beda-beda, kalau tadi sudah bubur mungkin besok-besok kita kasih jajanan pasar. Dan semua menu makanan dimasak secara tradisional," tutur Chef Yudi.
Namun sayang, selama pandemi Warung Tasiknya ini tutup untuk sementara. Begitu juga dengan Warung Sunsetnya lantara sepinya wisatawan di Bali.
Chef Yudi mengatakan bahwa ia juga akan melakukan persiapan untuk membuka bisnis kulinernya kembali, mengingat Bali sudah membuka penerbangan untuk internasional.
Baca Juga: Jajan Tipat Cantok dan Rujak Buleleng
Simak Video "Cerita Jejak Perjalanan 3000 KM"
[Gambas:Video 20detik]
(raf/odi)