Jenang Bu Darmini di Pasar Beringharjo Sempat Tutup 10 Bulan karena Pandemi

Jenang Bu Darmini di Pasar Beringharjo Sempat Tutup 10 Bulan karena Pandemi

Riska Fitria - detikFood
Jumat, 22 Okt 2021 10:30 WIB
Jenang Bu Darmini di Pasar Beringharjo Sempat Tutup 10 Bulan karena Pandemi
Foto: detikcom/Riska Fitria
Yogyakarta -

Terkena dampak pandemi COVID-19, Jenang Bu Darmini sempat tutup selama 10 bulan lamanya. Darmini pun memutuskan membuka cabang baru. Begini kisahnya.

Jenang Bu Darmini di Pasar Beringharjo Yogyakarta dikenal sebagai kuliner legendaris. Darmini mendirikan usaha jenang tersebut sejak tahun 1998. Oleh karena itu Jenang Bu Darmini juga menjadi destinasi wisata kuliner bagi wisatawan

Detikcom dalam rangkaian Ekpedisi 3.000 Kilometer bersama Wuling menyambangi warungnya (07/10) yang berada di pintu Selatan Pasar Beringharjo. Kepada detikcom Darmini mengatakan bahwa sebelum berjualan di Pasar Beringharjo ia berjualan jenang dengan berkeliling kampung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca Juga: Jajan Modal Rp 20.000 di Pasar Beringharjo, Dapat Apa Saja?

Jenang Bu Darmini di Pasar Beringharjo Sempat Tutup 10 Bulan karena PandemiJenang Bu Darmini di Pasar Beringharjo Sempat Tutup 10 Bulan karena Pandemi Foto: detikcom/Riska Fitria

"Dulu sebelum tahun 1998 sudah jualan jenang tapi keliling kampung dan dititipkan ke warung-warung itu dan itu hanya dua jenang saja, jenang sumsum sama jenang mutiara," ujar Darmini.

ADVERTISEMENT

Saat pertama kali jualan, Darmini membanderol jenangnya dengan harga Rp 250. Jatuh bangun selama berjualan jenang pun dialami oleh ibu empat anak ini. Darmini menceritakan bahwa dulu dagangannya sempat tak laku.

"Sabar dan ikhtiar semangat tetap dijalani, walau gak laku tetap jualan. Pakai bahan-bahan yang terbaik juga. Gula tetap pakai yang asli yang mahal. Jangan pernah pakai pemanis buatan," ujar Darmini.

Jenang Bu Darmini di Pasar Beringharjo Sempat Tutup 10 Bulan karena PandemiJenang Bu Darmini di Pasar Beringharjo Sempat Tutup 10 Bulan karena Pandemi Foto: detikcom/Riska Fitria

Persiapan Darmini dalam menyiapkan dagangannya dimulai dari sebelum waktu subuh. Darmini mulai memotong ubi dan kelapa muda, mencuci daun pandan dan memasak air.

Setelah solat Subuh, Darmini bergegas ke pasar untuk berbelanja segala kebutuhan. Mulai dari kelapa parut, nangka dan lainnya. Lalu mulai mengolah jenang dan berangkat berjualan jenang di Pasar Beringharjo pukul 08.30 WIB.

Berjualan jenang ini menjadi satu-satunya mata pencaharian Darmini untuk menghidupi anak-anaknya. Dan kini keempat anak Darmini telah berkeluarga. Dalam sehari, Darmini bisa menghabiskan jenang sebanyak 100 cup.

Jenang Bu Darmini di Pasar Beringharjo Sempat Tutup 10 Bulan karena PandemiJenang Bu Darmini di Pasar Beringharjo Sempat Tutup 10 Bulan karena Pandemi Foto: detikcom/Riska Fitria

Dari yang semula hanya menawarkan dua jenis jenang, kini tersedia empat jenis jenang dalam satu porsi. Ada jenang sumsum, jenang mutiara, wajik dan biji salak. Satu porsi jenang tersebut dibanderol dengan harga Rp 9.000.

Darmini sangat bersyukur kini jenangnya menjadi incaran para wisatawan di Yogyakarta. Namun sayang, masuknya pandemi COVID-19 di Indonesia membuat usahanya tersebut sempat terhenti.

Pasar Beringharjo tempat jualannya ditutup sehingga membuat ia memutuskan membuka cabang di tempat yang baru. Lokasi cabang barunya berada di Jalan Gatak Tamantiro, Kasihan, Bantul. Selama 23 tahun berjualan ini kali pertama Darmini membuka cabang baru.

"Tahun pertama pandemi tutup 7 bulan, kemudian buka Sabtu Minggu aja terus PPKM tutup lagi selama 3 bulan. Terus buka Sabtu Minggu lagi, ternyata PPKM diperpanjang lagi jadi tutup dari baru buka 2 mingguan ini. Sekarang alhamdulillah buka setiap hari," tuturnya.

Jenang Bu Darmini di Pasar Beringharjo Sempat Tutup 10 Bulan karena PandemiJenang Bu Darmini di Pasar Beringharjo Sempat Tutup 10 Bulan karena Pandemi Foto: detikcom/Riska Fitria

Lebih lanjut, Darmini menderitakan bahwa sekarang kondisi usahanya di masa pandemi sudah berangsur membaik. Pasar Beringharjo yang semua sepi pengunjung karena pandemi, kini sudah mulai ramai kembali.

Hanya saja dari yang awalnya selalu menyiapkan jenang satu panci penuh, kini Darmini hanya menyediakan setengah panci saja. Ia berharap agar kondisi segera membaik agar ia bisa menjual satu panci penuh.

"Sekarang saat pandemi ini dibuat agak berkurang nanti kalau sudah benar-benar membaik dibuat satu panci penuh lagi," tutup Darmini.

Baca Juga: 37 Tahun Berjualan Sate Kere di Pasar Beringharjo, Ini Perjuangan Mbah Suwarni




(raf/odi)

Hide Ads