Mantap! Teh Rosella Asal Sumsel Ini Tembus Supermarket di Bahrain

ADVERTISEMENT

Mantap! Teh Rosella Asal Sumsel Ini Tembus Supermarket di Bahrain

Nurcholis Maarif - detikFood
Selasa, 07 Sep 2021 11:11 WIB
Teh Bunga Rosella
Produk teh cap Bukit Asam dari bunga Rosella milik Siba Rosella (Foto: Rengga Sancaya/detikcom)
Muara Enim -

Sama seperti kopi yang memiliki dua varian yang paling kentara dari rasanya, yaitu asam (arabika) dan pahit (robusta), ternyata teh juga memiliki berbagai varian. Kamu mungkin sering mencoba teh panas dengan aroma ke rasa pahit, tetapi tahukah ada juga teh yang punya rasa asam.

Teh tersebut berasal dari bunga Rosella. Tanaman ini banyak tumbuh di negara tropis seperti Asia Tenggara, termasuk di Indonesia.

Dilansir dari Healthline, bunga Rosella memiliki manfaat yang kaya akan antioksidan, menurunkan tekanan darah tinggi, menurunkan kadar lemak dalam darah, menjaga kesehatan liver, menurunkan berat badan, fungsi antibakteri, dan mengontrol gula darah.

Manfaat ini juga lah yang barangkali membuat teh yang berasal dari bunga Rosella punya pasar tersendiri. Hal itu juga dirasakan penjual yang menjual komoditas ini, salah satunya Dian Apriana, Ketua Siba Rosella yang merupakan UMKM dari Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan yang menjual produk olahan bunga Rosella.

Dian mengatakan teh bunga Rosella tak hanya punya pasar dalam negeri, tetapi juga luar negeri. Siba Rosella, kata dia, telah mengirim beberapa sampel teh kering bunga Rosella ke beberapa negara di Timur Tengah. Saat ini baru salah satu supermarket di Bahrain yang sudah uji kualitas produk.

"Baru (kirim) sampel. Yang sudah uji lolos itu kemarin itu di supermarket di Bahrain. Kalau (total produk yang dikirim) Bahrain belum pasti, karena terkendala COVID-19 dihentikan (dulu), kemarin ke Kairo juga dihentikan dulu," ujar Dian kepada detikcom belum lama ini.

"Kalau sampel sudah kirim, masing-masing 3 kg. Sementara ini mereka meminta produk curah dan organik, produk kering. Karena kita nih belum bisa ke sana masih satu bahasa, jadi belum bisa keluar. Kemasan minimal dua bahasa. (Dan ini) lagi proses," imbuhnya.

Ketua Siba RosellaKetua Siba Rosella, Dian Apriana (Foto: Rengga Sancaya/detikcom)

Adapun untuk penjualan dalam negeri, kata Dian, Siba Rosella sudah menjual ke beberapa tempat oleh-oleh di Lampung dan Palembang. Selain itu, Siba Rosella juga sudah MoU dengan Koperasi Suara Sekretariat Nasional (Seknas).

Menurutnya pandemi turut berpengaruh terhadap penjualan Siba Rosella. Selain itu, pandemi juga menghambat Siba Rosella ikut beberapa pameran, seperti sebelumnya, untuk mempromosikan dagangannya.

Dulu sebelum pandemi, Siba Rosella bisa menjual 2.000-3.000 produk per bulannya. Adapun harga range produknya dari Rp 20 ribu hingga Rp 35 ribu. Jika dikalkulasikan, Siba Rosella bisa mendapat omzet Rp 40 juta hingga ratusan juta dari bunga Rosella ini.

"Sebelum pandemi (per bulannya bisa menjual) 2.000-3.000 produk. Ada yang Rp 20 ribu paling mahal Rp 35 ribu untuk herbal. Kalau yang nggak herbal, original Rp 20 ribu. Ini lebih banyak ke original karena ada bagian penikmat sendiri, kaya yang jahe," ujarnya.

Teh dari bunga Rosella tersebut juga bisa dicampur dengan berbagai macam bahan lain, seperti dengan jahe, dibuat semacam jus, dan lain sebagainya. Selain itu, ada juga produk turunan lain dari bunga Rosella yang dijualnya, seperti untuk coklat hingga bahan tambahan sambal pengganti tomat.

Memberdayakan Ibu-ibu PKK dan Petani Lokal

Pemberdayaan Ibu-ibu PKKUMKM binaan PTBA ini juga memberdayakan ibu-ibu PKK dan petani lokal Foto: Rengga Sancaya/detikcom

Lebih lanjut Dian menjelaskan Siba Rosella sudah berdiri sejak tahun 2019. Awalnya ia mengelola usaha ini sendiri, lalu dua tahun belakangan dibantu oleh sekitar 18 ibu-ibu PKK. Usaha yang dilakoninya ini juga kini mendapat booth dan demplot dalam area UMKM bernama Sentra Industri Bukit Asam (SIBA) Center milik PT Bukit Asam Tbk (PTBA).

Dian juga mengungkapkan waktu yang dibutuhkan untuk pembibitan hingga panen bunga Rosella itu sekitar 6 bulan. Bunga Rosella yang dipanen kemudian dikeringkan dan diolah untuk menjadi teh dan beberapa produk lain. Dari proses basah hingga kering menjadi produk ini bisa memakan waktu 1 minggu.

Hal ini juga yang membuat kepengurusan Siba Rosella menjadi fleksibel dan seperti kerja sampingan, meskipun prospeknya cukup menggiurkan. Tak hanya memberdayakan ibu-ibu PKK, Siba Rosella juga memanfaatkan petani lokal dalam menyuplai bunga Rosella. Dalam sekali panen, Siba Rosella bisa mengumpulkan hingga 4 ton bunga Rosella.

"Banyak Mas, kadang (petani ada ngasih) 200 kg lebih (bunga Rosella). Ini sudah habis masa panen, total keseluruhan ada 4 ton, karena ada yang nganter 750 kg, 400 kg. Jadi total 4 ton lah," ujarnya.

Saat ini, kata Dian, Siba Rosella masih sedang mengurus proses izin sebagai obat tradisional kepada BPOM. Selain itu, ia juga sedang berusaha memisahkan produk organik dan anorganik dari olahan bunga Rosella. Ini sebagai persiapan untuk menuju pasar Timur Tengah selanjutnya.

"Kalau khasiatnya kebanyakan untuk darah tinggi sama pelancar haid, terus kolesterol. Tapi karena kita (baru dapat izin) BPOM nya baru MD (untuk makanan dan minuman) jadinya belum bisa mencantumkan khasiat (dalam kemasan)," ujarnya.

"Kami baru ngasih brosur (untuk manfaatnya). Untuk yang punya penyakit maag harus makan dulu, terus yang punya apa darah rendah, minimal sehari segelas kecil, jangan terlalu banyak, karena drop-nya cepat. Karena mungkin yang punya darah tinggi bisa mengkonsumsi teh Rosella," imbuhnya.

Sebagai informasi, tak hanya Siba Rosella, SIBA Center juga memberikan 10 booth gratis berupa lumbung pameran untuk berbagai UMKM yang ada di Tanjung Enim. Ada yang bergerak di bidang bonsai dan agribisnis, perikanan, fesyen berupa kain songket, dan lain sebagainya.

SIBA Center juga sudah mendirikan tujuh rumah adat Kabupaten Muara Enim yang diperuntukkan untuk tujuh desa/kelurahan untuk memamerkan produk unggulan UMKM-nya. PTBA yang merupakan anggota anggota anggota holding industri pertambangan Indonesia atau Mining Industry Indonesia (MIND ID) ini mendirikan SIBA Center pada tahun 2019 di lahan yang sebelumnya tidak terpakai.

SIBA Center didirikan sebagai inkubator dan pemberdayaan masyarakat setempat. Pemberdayaan UMKM di area ring 1 perseroan ini juga sejalan dengan noble purpose MIND ID, yaitu We explore natural resources for civilization, prosperity and a brighter future.

detikcom bersama MIND ID mengadakan program Jelajah Tambang berisi ekspedisi ke daerah pertambangan Indonesia. detikcom menyambangi kota-kota industri tambang di Indonesia untuk memotret secara lengkap bagaimana kehidupan masyarakat dan daerah penghasil mineral serta bagaimana pengolahannya.

Untuk mengetahui informasi lebih lengkap, ikuti terus beritanya di detik.com/jelajahtambang.

(ncm/ega)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT