Hotel tempat bekerjanya sepi, chef ini memutuskan untuk mengundurkan diri. Iapun memanfaatkan halaman rumahnnya menjadi restoran. Ini kisahnya.
Berlakukan PPKM secara bertahap membuat hotel dan restoran menjadi sepi pengunjung. Rohim, seorang chef dari sebuah hotel memutuskan keluar dari pekerjaannya. Ia pulang kampung kemudian menyulap halaman rumahnya yang berukuran 10 meter x 7 meter untuk dijadikan resto.
Rohim (33) warga Kelurahan Kajen, Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan, menceritakan pada detikcom, awalnya ia sendiri bingung mau apa setelah keluar dari pekerjaanya yang telah dijalani selama 9 tahun.
"Saya bukan di PHK ya. Tahun 2020 bulan Febuari, saya atas kemauannya sendiri memang risgn. Ya karena memang sepi tidak ada tamu, tidak ada yang bisa dikerjakan di lokasi saya bekerja itu. Lebih baik saya mengundurkan diri dan pulang kampung kumpul sama istri," kata Rohim.
Sebelum membuka restoran yang memanfaatkan halaman rumah, ia sempat menjalankan taxi online.
"Kebetulan ada mobil nganggur ya, untuk kesibukan saya taxi online. Saat itu yang penting bisa pulang bersama istri di rumah. Namun perjalanan waktu saya berpikir, keahlian saya memasak akan tidak terpakai jika seperti ini terus," ujarnya.
Setelah didukung oleh istrinya Vitaria (29) yang juga sebelumnya pernah terjun dibidang yang serupa, mereka memutuskan untuk memanfaatkan keahlian memasaknya dengan membuka resto di halaman rumahnya.
Vitaria sendiri awalnya pesimis. Namun atas kegigihan pasutri ini, resto dengan menu makanan hotel berbintang pun terwujud.
"Awalnya pesimis sih. Suami saya kan sebelumnya kerjanya di sejumlah hotel dan restoran, menu makanannya apa laku ya di sini. Alhamdulillah, ternyata dengan berjalanya waktu, bisa berjalan dengan bagus, daya beli warga juga bagus," katanya.
Terhitung sudah sembilan bulan lamanya, Rohim dan Vitaria ini menjalani kesibukannya sebagai chef di restonya sendiri.
Resto yang diberi nama Lawang Sewu, serupa dengan nama salah satu obyek wisata di Semarang. Nama itu mempunyai makna tersendiri bagi keduanya.
"Ya kita namai resto Lawang Sewu. Pintu seribu, dengan harapan, banyak rejeki yang masuk dari pintu yang banyak itu," timpal Rohim.
Kini, berbagai menu ala Japanese dan Western Food, tersedia seperti nasi kullt crispy, chicken katsu, chickan teriyaki, chicken asam manis, chicken crispy steak, spaghetti, fettucini bolognese, fuyunghai, salad Jepang hingga menu penyetan dan menu bakaranpun disediakan.
"Kalau untuk harga sendiri ya, lebih terjangkau kalau dibandingkan dengan harga di hotel dan restoran. Karena di sini tidak ada tax and service-nya," jelasnya.
Hal inilah yang membuat restonya terus kebanjiran order secara online.
"Kalau biasanya, di masa pendemi saat ini lebih banyak melalui online ya pesananya, lewat ojol ataupun langsung kontak ke kita. Sedangkan untuk yang makan di sini kita batasi," jelasnya.
Rohim mengaku dalam sehari, bisa menghabiskan 30-40 porsi berbagai menu makanannya. Pesanan makanan kebanyakan justru didapat dari online.
"Ya Alhamdulillah, perekonomian sudah kembali pulih. Saya tidak pernah menyesal resign kerja dan membuat lapangan kerja sendiri. Di sini saya bisa berkumpul dengan istri dan sanak saudara," kata Rohim.
Sementara itu Gema Satria (33) pelanggan resto Lawang Sewu, pada detikcom, mengaku sudah berlangganan di resto setempat dalam beberapa bulan terakhir ini.
"Saya sudah beberapa bulan ke sini. Menunya ala masakan hotel dan restoran besar dengan harga sangat terjangkau murahnya," kata Gema Satria yang mulai menyukai masakan Japanese dan Western Food ini.
Simak Video "Jogja Coffee Week #3, Pestanya Pencinta Kopi Nusantara"
(raf/odi)