Es Dawet Jembut Kecabut Khas Purworejo, Namanya Jorok Tapi Rasanya Enak

Es Dawet Jembut Kecabut Khas Purworejo, Namanya Jorok Tapi Rasanya Enak

Rinto Heksantoro - detikFood
Minggu, 30 Mei 2021 14:00 WIB
Es Dawet Jembut Kecabut Khas Purworejo, Namanya Jorok Tapi Rasanya Enak
Foto: detikcom/Rinto Heksantoro
Purworejo -

Ada minuman khas daerah Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah yang terdengar aneh bahkan terkesan jorok, Namanya es Dawet Jembut Kecabut. Lalu seperti apa bentuk dan rasanya?

Berkunjung ke Kabupaten Purworejo belum lengkap rasanya jika belum menikmati es Dawet Jembut Kecabut. Meski namanya terkesan jorok, tapi minuman yang satu ini sayang kalau sampai dilewatkan.

Memang, minuman ini mungkin terdengar sedikit 'saru' atau 'jorok'. Dalam bahasa Jawa, jembut berarti rambut kemaluan, sedangkan kecabut artinya tercabut dari akarnya. Jika diartikan secara harfiah memang jorok bahkan bikin ngilu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Es Dawet Jembut Kecabut Khas Purworejo, Namanya Jorok Tapi Rasanya EnakEs Dawet Jembut Kecabut Khas Purworejo, Namanya Jorok Tapi Rasanya Enak Foto: detikcom/Rinto Heksantoro

Tapi ternyata, nama itu hanya sebuah singkatan saja. Minuman khas asal Kota Berirama ini dinamai Es Dawet Jembut Kecabut lantaran lokasi warung untuk berjualan berada di sebelah timur Jembatan Butuh, Kecamatan Butuh dan disingkat menjadi Jembut Kecabut. Karena namanya yang unik dan nyeleneh itu, justru membuat siapa saja penasaran untuk menikmati dawet hitam yang sangat legendaris ini.

"Ya karena lokasinya memang di sebelah timur Jembatan Butuh Kecamatan Butuh makanya namanya es Dawet Jembut Kecabut, itu singkatan," kata sang penjual, Wagiman (45) saat ditemui detikcom di warungnya, Sabtu (29/5/2021).

ADVERTISEMENT

Dawet hitam khas Purworejo tersebut pertama kali dirintis oleh Mbah Ahmad Dansri pada sekitar tahun 1950 an yang merupakan kakek Wagiman. Awalnya, Mbah Ahmad membuat minuman unik tersebut hanya untuk dikonsumsi para petani ketika musim panen. Ia berkeliling dari sawah ke sawah untuk menjajakan minuman buatannya itu.

Es Dawet Jembut Kecabut Khas Purworejo, Namanya Jorok Tapi Rasanya EnakEs Dawet Jembut Kecabut Khas Purworejo, Namanya Jorok Tapi Rasanya Enak Foto: detikcom/Rinto Heksantoro

Setelah mbah Ahmad meninggal, minuman tersebut kemudian dilestarikan oleh anaknya yakni Nawon hingga akhirnya sampai dengan generasi ke tiga yakni Wagiman. Usaha dawet hitam atau dawet ireng yang dilanjutkan oleh Wagiman dan istrinya Hartati (35) ini pun bertambah ramai dan populer.

"Dulu pertama yang jualan memang kakek saya terus bapak saya dan sekarang saya yang meneruskan berjualan," imbuhnya.

Kini dawet hitam yang sudah jadi minuman khas Purworejo ini setiap hari dijajakan di tepi jalan Purworejo - Kebumen, Desa Butuh, Kecamatan Butuh, tepatnya di sebelah timur jembatan Butuh. Harga satu mangkok es Dawet Jembut Kejabut hanya Rp. 5000,'. Jika ingin semakin segar dan nikmat, kita bisa menambahkan tape ketan dengan harga Rp. 1000.

Es Dawet Jembut Kecabut Khas Purworejo, Namanya Jorok Tapi Rasanya EnakEs Dawet Jembut Kecabut Khas Purworejo, Namanya Jorok Tapi Rasanya Enak Foto: detikcom/Rinto Heksantoro

Sebelum diserbu pelanggan, sejak pagi buta, Wagiman dibantu sang istri sudah menyiapkan bahan-bahan untuk membuat dawet dengan bahan utama tepung sagu. Warna hitam dawet berasal dari serbuk abu bakaran oman atau batang pohon padi.

"Pertama oman dibakar dulu lalu disaring dengan kain dan dimasukkan ke dalam air sampai airnya hitam. Setelah itu tepung sagu dimasukkan dan dicampur hingga merata. Setelah campur, adonan dimasukkan ke dalam air mendidih sambil diaduk sampai mengental," jelasnya.

Selagi masih panas, adonan kemudian dicetak dengan cetakan khusus yang dibuat dari kayu berbentuk kotak yang diberi lubang kecil-kecil pada bagian bawah. Adonan dimasukkan ke dalam kotak dan ditekan dari atas sehingga adonan dawet ireng yang kental berbentuk bulat panjang akan keluar dari lubang-lubang di bagian bawah kotak.

Es Dawet Jembut Kecabut Khas Purworejo, Namanya Jorok Tapi Rasanya EnakEs Dawet Jembut Kecabut Khas Purworejo, Namanya Jorok Tapi Rasanya Enak Foto: detikcom/Rinto Heksantoro

Usai dicetak, dawet kemudian dicuci dan siap disajikan dengan pemanis yang terbuat dari gula kelapa atau gula merah. Agar lebih segar, dawet biasa disajikan dengan tambahan santan kelapa serta es batu.

Setiap hari, ratusan porsi dawet selalu ludes diserbu pembeli, baik pelajar, pegawai kantoran, pejabat hingga artis ibu kota. Banyak pula pelanggan dari luar kota yang datang jauh-jauh hanya untuk menyruput kesegaran es tersebut. Jika masih kurang puas, pelanggan bisa membungkus dawet itu untuk dibawa pulang.

Salah satu pelanggan setia, Mugiran (40) asal Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta mengaku ketagihan dengan es dawet yang satu ini. Ia yang bekerja di Jakarta selalu mampir setiap kali melintasi Jembatan Butuh.

"Kemarin kan mudik, ini pas mau balik lagi ke Jakarta. Biasanya tiga bulan sekali mudik sama keluarga dan tiap pulang maupun balik lagi ke Jakarta pasti mampir ke sini. Rasanya josss, mantab, ini bungkus juga. Kalau nggak mampir ndak raiso turu (jadi nggak bisa tidur) mas," ucapnya.




(raf/odi)

Hide Ads