Kue otere-otere banyak diproduksi oleh industri rumah tangga. Rasa manis renyah kue ini disukai sebagai camilan buka puasa saat bulan ramadhan.
Industri kue rumah tangga tentu menjadi incaran semua orang dibulan ramadhan. Selain sebagai penganan berbuka puasa, kue tradisional juga kerap disajikan di hari lebaran atau idul fitri.
Salah satunya yang paling dicari ialah industri rumah tangga kue Otere-otere atau biasa disebut sebagai kue Tali-tali atau kue tambang asal Makassar. Kue Otere-otere yang legendaris berlokasi di Jalan Masjid Jabal Nur, Kelurahan Maccini Parang, Kecamatan Makassar, Sulawesi Selatan ini banyak diburu, lantaran rasanya yang enak dan cocok untuk menyambut tamu usai lebaran.
![]() |
Untuk membuat kue ini ada beberapa tahapan. Ada beberapa bahan yang diaduk agar menjadi adonan dan renyah saat di goreng. Adonan kue yang telah jadi kemudian dimasukkan dalam mesin press agar berbentuk panjang lebar. Setelah itu adonan kue dimasukkan dalam mesin pemotong dan berbentuk panjang 10 centimeter.
Adonan kue 10 cm ini kemudian dibentuk dengan tangan, digulung dan dibentuk seperti tali tambang atau biasa disebut oleh orang Sulsel sebagai tali otere. Karena itu kue ini disebut sebagai kue otere lantaran bentuknya menyerupai tali tambang. Adonan berbentuk otere kemudian digoreng kering hingga kecokelatan.
Sebenarnya otere-otere ini juga dikenal di Jawa dengan nama 'untir-untir' karena adonan dipilih berbentuk ulir seperti tambang. Disebut juga kue tambang dan dibentuk kecil mini hingga sedang. Proses pembuatannya juga sama.
![]() |
Usaha milik M Yusuf (55) ini dirintis sejak 1980-an. Dari usahanya tersebut, dia mampu menghidupi keluarga hingga menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang SMA hingga perguruan tinggi di Makassar.
Dibantu istrinya, Elsa (50), dengan mempekerjakan 15 karyawan, Yusuf mampu mengolah 150 Kilogram tepung terigu untuk dijadikan sebagai kue Otere-otere selama ramadhan. Padahal sebelumnya hanya membuat 80 hingga 100 kilogram tepung terigu untuk dijadikan sebagai kue otere.
"Iya selama ramadhan karena banyak permintaan makanya bikinya juga banyak untuk memenuhi kebutuhan komsumen. Kalau hari biasa palingan 80 kilo saja sekarang ya sampa 150 kilogram tepung terigu," kata Yusuf Toro, ditemui di rumahnya, di Jalan Masjid Jabal Nur, Kelurahan Maccini Parang, Makassar, Sabtu (1/5/2021).
Yusuf menjelaskan, untuk dalam sehari selama ramadhan mampu meraih omzet Rp 4 juta hingga Rp 5 juta meski sebelumnya di hari biasa hanya Rp 3 juta, lantaran banyaknya permintaan saat mendekati lebaran. Otere-otere khas Makassar ini dihargai Rp 50.000 untuk per 1 kilogramnya sementara untuk kemasan bal dengan isi 50 bungkus, harganya Rp 25.000 per balnya.
"Kalau ini cukup terjangkau semua lapisan masyarakat juga bisa menikmati kue ini. Dijamin murah dan enak," terangnya.
Sementara itu, salah seorang pembeli, Imran mengatakan kue ini diminati karena rasanya yang manis dan renyah. Harganya terjangkau membuat warga tertarik membelinya. Warga Jalan Ablam ini berharap kue kering ini bisa menjadi kue favorit warga Sulawesi Selatan.
"Enak kuenya pak, bisa dirasa sendiri, pasti beda dengan kue lain, karena renyah bisa dicampur sama minuman teh atau kopi sangat cocok," ujarnya.
Selama ramadhan, Industri kue kering milik M Yusuf banjir pesanan, tak ayal saat ini ia menjual dalam bentuk kemasan besar sesuai permintaan para pelangganya. Otere-otere ini telah dipasarkan di semua daerah di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat.
Simak Video "Melihat Produksi Kue Otere yang Laris Manis Jelang Lebaran"
[Gambas:Video 20detik]
(raf/odi)