Kopai Osing Jadi Primadona Banyuwangi, Ini Sejarah dan Tantangan Pemasarannya

Kopai Osing Jadi Primadona Banyuwangi, Ini Sejarah dan Tantangan Pemasarannya

Andi Annisa Dwi Rahmawati - detikFood
Rabu, 28 Apr 2021 18:00 WIB
Banyuwangi -

Ahli kopi sekaligus pegiat kopi osing, Setiawan Subekti bicara soal keistimewaan kopi arabica yang jadi primadona Banyuwangi ini. Ia juga menjelaskan soal tantangan memasarkan kopi osing, sekaligus harapannya.

Setiawan Subekti atau akrab disapa Pak Iwan sudah sejak tahun 1990-an memperkenalkan kopi osing Banyuwangi ke lidah penikmat kopi lokal maupun internasional. Ia bahkan membuat merek Kopai Osing yang kini dijual secara terbatas.

Bukan tanpa alasan Pak Iwan menggembor-gemborkan kualitas kopi khas Banyuwangi ini. Menurutnya, kopi osing istimewa karena berasal dari kopi arabica yang tumbuh di bawah 1.000 meter dari permukaan laut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal tersebut membuat kopi osing memiliki cita rasa yang lebih ringan. "Acidity-nya (tingkat keasamannya) lebih rendah daripada kopi arabica yang tumbuh di dataran tinggi," ujarnya pada detikfood (2/4).

Perkebunan kopi di Banyuwangi

ADVERTISEMENT
Kopai Osing, Kopi Arabica Istimewa dari Banyuwangi yang Diakui DuniaKopai Osing, Kopi Arabica Istimewa dari Banyuwangi yang Diakui Dunia Foto: detikfood

Menyoal kebun kopi di Banyuwangi, Pak Iwan mengatakan, "Dalam catatan sejarah, Banyuwangi punya peninggalan kebun dari Belanda itu paling banyak. Belanda sudah mensurvei, lokasi untuk kebun. Namanya kebun Glenmore, dari bahasa Skotlandia. Di dunia hanya ada dua lokasi Glenmore yaitu di Skotlandia dan Banyuwangi."

Ia melanjutkan, "Di Skotlandia, (Glenmore) sebagai national park. Tapi sekarang banyak hotel bintang 5 dan perusahaan merek minuman pakai nama Glenmore. Juga beberapa perkebunan memakai unsur nama Glenmore. Jadi ada 20 kebun peninggalan Belanda yang sampai hari ini masih produktif."

Tester (pencicip) kopi internasional ini juga mengatakan kalau keistimewaan kopi osing bukan karena jenisnya yang single origin saja, melainkan juga single variety. "Jadi ini dari satu varietas yang sama, sehingga punya rasa yang terjaga," jelasnya.

Baca Juga: Kopai Osing, Kopi Arabica Istimewa dari Banyuwangi yang Diakui Dunia

Kriteria kualitas kopi yang baik

Kopai Osing, Kopi Arabica Istimewa dari Banyuwangi yang Diakui DuniaKopai Osing, Kopi Arabica Istimewa dari Banyuwangi yang Diakui Dunia Foto: detikfood

Diakui Pak Iwan, kopi osing sebenarnya bukan kopi istimewa, namun kopi ini bisa dinikmati banyak orang. Ia mengatakan, "Dari yang tidak biasa ngopi, sampai penikmat kopi dia akan mengatakan suka (kopi osing)."

Pak Iwan juga menekankan kalau sejatinya semua kopi, termasuk kopi osing, memiliki aroma dan cita rasa yang baik. Hanya saja, semuanya tergantung dari dari prosesnya. "Kalau diproses dengan baik, kita akan mendapatkan kopi yang baik," tegas Pak Iwan.

Ia menjelaskan, "Kualitas kopi itu 60% ditentukan dari varietas dari tanah sampai pengeringan. 30% dari proses sangrai dan 10% dari proses penyeduhan."

"Persentase yang besar itu dari lapangan. Jadi bagaimana kita harus petik merah. Proses basah atau kering dan natural. Ini yang benar karena sekarang banyak sekali proses aneh-aneh yang membuat cita rasa kopi tidak alami," jelas pria ramah ini.

Cara Pak Iwan memperkenalkan kopi osing

Kopai Osing, Kopi Arabica Istimewa dari Banyuwangi yang Diakui DuniaKopai Osing, Kopi Arabica Istimewa dari Banyuwangi yang Diakui Dunia Foto: Grandyos Zafna/detikFOTO

Mengenai caranya memperkenalkan kopi osing, Pak Iwan yang mengaku 'besar' di kebun kopi mengatakan, "Saya banyak mengedukasi tentang cara menyangrai kopi dengan metode tradisional. Karena tiap daerah punya budaya daerah dalam memproses kopi."

Khusus untuk kopi osing, ia mengatakan, "Saya ingin mempertahankan karena di daerah saya, menyangrai kopi adalah menggunakan wajan tanah liat. Ini tetap saya jaga."

Usahanya membuahkan hasil manis karena di desa Kemiren sudah banyak pemuda hidup dari penjualan kopi dan kopinya cukup bagus. "Padahal di desa ini jauh dari perkebunan kopi. Tapi secara geografis, desa ini dikelilingi 6 perkebunan besar," tuturnya.

Dahulu pada awal tahun 2011, Pak Iwan juga menginisiasi acara sangrai kopi massal di Banyuwangi. "Ada 300 tungku di sepanjang jalan dan itu masuk MURI," jelasnya.

Kemudian tahun 2012, ada kunjungan Miss Coffee International dari 16 negara. "Itu juga salah satu cara memperkenalkan kopi Banyuwangi," sahut Pak Iwan.

Usahanya berlanjut dari tahun 2012-2019 di mana ada acara tahunan di desa Kemiren yaitu menyeduh 10 ribu cangkir kopi. Pria kelahiran tahun 1957 ini mengatakan, "Sepanjang jalan ini semua warga keluar, menyajikan kopi untuk warga yang datang berkunjung. Gratis, dan itu luar biasa."

Tantangan pemasaran kopi osing

Kopai Osing, Kopi Arabica Istimewa dari Banyuwangi yang Diakui DuniaKopai Osing, Kopi Arabica Istimewa dari Banyuwangi yang Diakui Dunia Foto: detikfood

Pak Iwan menyebut tantangan utama dalam memasarkan kopi osing adalah konsisten menjaga kualitas kopi. Hal ini sering kali disepelekan.

"Ini kelemahan kita (kurang bisa menjaga konsistensi kopi). Karena kopi yang dibeli bukan fisiknya, melainkan cita rasanya. Ini yang sering kali dilupakan banyak teman-teman. Ini harus selalu dijaga," tuturnya.

Pak Iwan sendiri fokus memperkenalkan kopi osing dalam merek Kopai Osing yang diproduksi handmade dan terbatas. Kemasannya menyertakan gambar capung yang punya arti ramah lingkungan. Ia juga punya tagline "Sekali Seduh Kita Bersaudara" yang dalam bahasa Inggris berbunyi "Once Brew, We Bro".

"Sementara ini saya memproses kopi tidak dalam jumlah banyak. Saya membuat dalam small batch. Hand roasted, mirip seperti handmade. Saya membuat dalam jumlah sedikit dan sering. Sehingga kualitas kopi ini tetap terjaga," tuturnya.

Harapan untuk kopi osing

Kopai Osing, Kopi Arabica Istimewa dari Banyuwangi yang Diakui DuniaKopai Osing, Kopi Arabica Istimewa dari Banyuwangi yang Diakui Dunia Foto: detikfood

Ditanya soal harapannya untuk kopi osing, Pak Iwan berharap kopi ini menjadi salah satu kopi andalan Banyuwangi khusunya dan Indonesia pada umumnya.

"Saya melihat prospek kopi masih 25 tahun ke depan masih luar biasa. Dan bagaimana kita bisa meningkatkan produktivitas dan kualitas, ini yang penting," katanya.

Selain dinikmati dengan metode kopi tubruk, kopi osing bisa dinikmati dengan variasi lain yaitu dicampur beberapa bahan. Misalnya durian atau kurma.

"Tapi, terakhir kopi ini ini lebih nikmat dicampur dengan santan kelapa daripada susu. Komposisinya selera. Jangan terlalu banyak santannya. Semua harus balance," beber Pak Iwan.

Baca Juga: Foto: Cantiknya Desa Wisata Osing Kemiren di Banyuwangi

Halaman 2 dari 3
(adr/odi)

Hide Ads