Kopai Osing, Kopi Arabica Istimewa dari Banyuwangi yang Diakui Dunia

Kopai Osing, Kopi Arabica Istimewa dari Banyuwangi yang Diakui Dunia

Andi Annisa Dwi Rahmawati - detikFood
Selasa, 27 Apr 2021 16:30 WIB
Banyuwangi -

Banyuwangi punya kopi khas bernama kopi osing. Salah satu merek populernya, Kopai Osing yang diperkenalkan ahli kopi bernama Setiawan Subekti. Seperti ini keistimewaan Kopai Osing.

Perjalanan tim detikcom bersama Hyundai Ioniq Electric Car juga membawa kami menyambangi Banyuwangi. Kami mampir ke Desa Kemiren yang merupakan desa adat wisata di kota paling timur pulau Jawa ini.

Kami menyambangi Sanggar Genjah Arum di Dusun Krajan. Pemiliknya adalah pencinta kopi sekaligus taster (pencicip) kopi kelas dunia, Setiawan Subekti yang akrab disapa Pak Iwan. Dengan gembira, beliau menyambut rombongan tim detikcom yang baru tiba dari Bali.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di sanggar ini, Pak Iwan mengolah kopi osing khas Banyuwangi dalam skala terbatas. Ia juga memperkenalkan kopi bermerek Kopai Osing ini pada tamunya. Pak Iwan dengan senang hati menceritakan keistimewaan Kopai Osing, termasuk pada detikfood (2/4).

Kopai Osing diolah handmade

Kopai Osing, Kopi Arabica Istimewa dari Banyuwangi yang Diakui DuniaKopai Osing, Kopi Arabica Istimewa dari Banyuwangi yang Diakui Dunia Foto: Grandyos Zafna/detikFOTO

"Kopai Osing, satu kesatuan nama, tidak terpisah. Nama ini sudah ada hak patennya. Dialog Osing itu akhiran 'i' dibaca 'ai'. Jadi 'kopi' menjadi 'kopai'. Kopai Osing semua berasal dari perkebunan yang ada di Banyuwangi," ujar Pak Iwan membuka cerita.

ADVERTISEMENT

Kopai Osing dibuat dari biji kopi arabica yang tumbuh di perkebunan miliknya. Pak Iwan menjelaskan, "Uniknya, kopi arabica yang tumbuh di bawah 1.000 meter dari permukaan laut sehingga kopinya lebih light (ringan). Acidity-nya (keasamannya) lebih rendah daripada kopi arabica yang tumbuh di dataran tinggi."

Sejak 1990-an, Pak Iwan fokus memperkenalkan Kopai Osing ke pencinta kopi lokal dan internasional. Ia menekankan proses handmade dalam menciptakan Kopai Osing.

Pak Iwan memilih teknik roasting tradisional untuk Kopai Osing. Ia memanfaatkan wajan tanah liat. "Tujuannya supaya orang bisa menyangrai sendiri di rumah tanpa harus menggunakan roaster yang mahal," lanjutnya.

Baca Juga: Diplomasi Kopi Osing Banyuwangi 'Sekali Seduh Kita Bersaudara' di Kanada

Penggunaan wajan tanah liat dan kayu bakar

Kopai Osing, Kopi Arabica Istimewa dari Banyuwangi yang Diakui DuniaKopai Osing, Kopi Arabica Istimewa dari Banyuwangi yang Diakui Dunia Foto: detikfood

Mengapa tanah liat? Menurut pria berkaca mata ini, wajan tanah liat lebih bagus karena menghasilkan panas yang lebih rata dibanding wajan logam.

Lalu untuk bahan bakarnya, Pak Iwan menggunakan kayu bakar yang berasal dari kayu keras dan tinggi kalori sehingga tidak membutuhkan banyak kayu dan apinya stabil.

"Dari pohon lamtoro atau batang kayu kopi yang sudah tua/mati, bahkan kalau ada kayu cengkeh. Karena kualitas kayu juga memengaruhi aroma kopi, dari asapnya itu," jelasnya.

Proses roasting Kopai Osing di wajan hanya butuh 20 menit saja. Setelah itu kopi bisa digiling menjadi bubuk dan dinikmati.

Cara menyeduh Kopai Osing dengan metode kopi tubruk

Kopai Osing, Kopi Arabica Istimewa dari Banyuwangi yang Diakui DuniaKopai Osing, Kopi Arabica Istimewa dari Banyuwangi yang Diakui Dunia Foto: Grandyos Zafna/detikFOTO

Pak Iwan mengakui kalau Kopai Osing bukanlah kopi istimewa, tapi kopi ini bisa dinikmati banyak orang. "Dari yang tidak biasa ngopi, sampai penikmat kopi dia akan mengatakan suka," tuturnya.

Pak Iwan menyangrai Kopai Osing dengan tingkat 'medium roast' sehingga rasanya tidak terlalu pahit dan masih menyisakan rasa manis alami. "Saya membuat ini balance (seimbang). Ada manis, asam, dan pahitnya," katanya.

Untuk menyeduhnyapun tidak perlu menggunakan alat. Kopai Osing bisa diseduh dengan cara tradisional berupa kopi tubruk.

"Yang penting kualitas airnya harusnya yang baik. Yang kandungan mineralnya tidak terlalu tinggi dan suhu air sangat berpengaruh. Jadi kalau kita tidak punya termometer air, air mendidih itu 100 derajat Celcius. Nah, kalau air itu sudah tenang kurang lebih 90-93 derajat Celcius," katanya.

Ia melanjutkan, "Kita tidak bisa langsung tuang semua air itu, Kita tuang sedikit dulu. Kalau di istilah kopi, preinfusion. Jadi dibasahi dulu sebentar supaya kopi itu blooming, baru kita tambah lagi pelan-pelan, diaduk."

Menurutnya, biarpun Kopai Osing diseduh dengan cara tradisional seperti kopi tubruk, rasanya tidak kalah nikmat dengan kopi buatan mesin modern asalkan dibuat dengan teknik yang benar.

Kopai Osing diakui dunia

Kopai Osing, Kopi Arabica Istimewa dari Banyuwangi yang Diakui DuniaKopai Osing, Kopi Arabica Istimewa dari Banyuwangi yang Diakui Dunia Foto: detikfood

Kepopuleran Kopai Osing di dunia kopi internasional tak bisa dilepaskan dari peran Pak Iwan. Ia menjadi anggota salah satu asosiasi kopi dunia.

"Dari tahun 1996, terus kemarin tahun 2017, kemarin itu dua penggabungan asosiasi kopi besar dunia di Amerika dan Eropa jadi satu. (Namanya) Specialty Coffee Association. Kebetulan juga saya sebagai membernya dengan nama Kopai Osing. Jadi Kopai Osing jadi salah satu member kopi dunia. Cukup keren ya!," katanya.

Secara rutin Pak Iwan juga menjadikan Kopai Osing sebagai hadiah untuk teman-temannya pencinta kopi di luar negeri. Diakui Pak Iwan, mereka menyukai cita rasa Kopai Osing.

"Kopai Osing mereka bilang suka. Kopinya tidak terlalu keras. Tapi kalau di Amerika Serikat, ada sedikit rasa acid-nya, orang sana kurang suka kalau kopi ada rasa acid yang terlalu tinggi. Jadi kalau di Asia, dia sangat cocok dengan cita rasa Kopai Osing," tutup Pak Iwan.

Baca Juga: Ke Banyuwangi, Sri Mulyani Cicip Kopi Osing dan Durian Merah yang Tersohor

Halaman 2 dari 2
(adr/odi)

Hide Ads