Yoghurt adalah olahan susu fermentasi yang dikenal mempunyai segudang manfaat. Jika orang kota terbiasa mencicip yoghurt dipadu dengan berbagai buah dan sayur dalam salad, beda dengan lidah emak-emak di Desa Bocek, Karangploso, Kabupaten Malang.
Yoghurt merupakan makanan baru bagi mereka bahkan saat mencicipi pertama kali mereka mengaku kebingungan.
"Padahalnya udah ada rasanya tapi saya tambah gula di yoghurt, habis kayak susu basi. Lidahnya kan lidah Jawa," kata Eni sambil tertawa kepada detikcom beberapa waktu lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun setelah mendapat pelatihan dari Bank BRI mengenai cara pembuatan yoghurt beserta peluang bisnis hingga manfaatnya, Eni yang merupakan anggota PKK di Desa Bocek pun mulai berani mencoba menduplikasi pembuatan yoghurt.
Diketahui pelatihan ini diikuti peternak dan para istrinya dengan mendatangkan narasumber dosen dari Universitas Brawijaya. Pelatihan yang berlangsung pada Januari 2021 ini dimaksudkan agar nantinya para peternak sapi perah tak hanya mengandalkan susu murni untuk dijual tetapi juga produk olahan susu lainnya, seperti yoghurt.
"Kita dari perkumpulan sapi perah dikasi undangan disuruh datang ke KUD untuk pelatihan pembuatan yoghurt. Minuman dari susu rasanya agak asem gitu. Kita diajarin merebus susu yang bener namanya pasteurisasi," ucap Eni lagi.
Eni dan tiga rekannya pun mencoba mempraktikkan kembali ilmu yang mereka dapat sewaktu pelatihan.
"Caranya merebus air sampai suhu yang ditentukan 75 derajat kemudian dipanaskan pancinya. Lalu susu ditaruh di wadah terpisah, di wadah yang lebih kecil diukur berapa liter, kalau air sudah panas susu di wadah dimasukan ke wadah yg ada air ditutup dan diaduk dan dites suhunya hingga 65 derajat diangkat didinginkan," katanya sembari mensontek catatanya beberapa kali.
Ibu lainnya pun turut membantu dengan membersihkan wadah lainnya dengan alkohol agar bakteri yang menempel hilang. Di wadah ini susu yang hangat dan dipanaskan tadi dipindahkan. Kemudian diberi susu, ditutup rapat dan dibiarkan berfermentasi selama 24 jam.
![]() |
"Pancinya juga harus khusus dan harus punya termometer yang kita punya aluminium katanya bisa terkikis kalau dipakai terus menerus," ucapnya.Namun, sebab tak ada termometer, para ibu ini pun terpaksa mengira-ngira suhunya. Mereka merasa kesulitan karena keterbatasan alat-alat.
Dia pun berharap ada pelatihan lanjutan juga kemudahan mendapatkan bakteri pembentuk yoghurt tersebut. Selain itu, tentu saja bantuan peralatan agar memudahkan mereka dalam memproduksi yoghurt.
"Saya mau ada pelatihan lagi gitu sehingga bisa dikembangkan bersama nanti pemasarannya bisa dibantu BUMDes," tuturnya.
Pelatihan ini menjadi bagian CSR Bank BRI untuk memajukan para peternak di Karangploso. Harapannya UMKM di daerah ini terus berkembang. Kisah pembuatan yoghurt ibu-ibu Desa Bocek ini menjadi satu dari kumpulan kisah dalam program Jelajah UMKM ke beberapa wilayah di Indonesia.
Program Jelajah UMKM mengulas berbagai aspek kehidupan warga dan membaca potensi di daerah. Untuk mengetahui informasi lebih lengkap, Ikuti terus jelajah UMKM bersama BRI hanya di detik.com/tag/jelajahumkmbri.
(mul/ega)