Transformasi Cendol Dawet Sagu Lasah, Beda & Modern

Transformasi Cendol Dawet Sagu Lasah, Beda & Modern

Erika Dyah - detikFood
Selasa, 09 Mar 2021 11:28 WIB
Cendol dawet
Foto: Rengga Sancaya
Karangploso -

Maraknya bisnis minuman kekinian dapat menjadi ancaman tersendiri bagi para pedagang minuman tradisional. Meski demikian, tantangan ini tak lantas menyurutkan semangat para pedagang cendol dawet di Lasah untuk terus berinovasi menjaga usahanya.

Diketahui, pedagang cendol dawet dusun Lasah yang terletak di Kabupaten Malang telah menjamur sejak tahun 2000 lalu. Cendol dawet dari daerah ini memiliki kekhasannya sendiri, yaitu terbuat dari sagu, bukan tepung beras. Serta mempertahankan rasa asli Jawa dengan sentuhan santan segar dan gula aren yang menambah cita rasa nikmatnya.

Belakangan, para pedagang yang kini tergabung dalam klaster cendol dawet sagu binaan BRI mendapatkan berbagai bantuan salah satunya dalam bentuk pelatihan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita mengadakan pelatihan untuk pembuatan cendol dawet yang higienis, pembuatan kemasan yang menarik, sehingga meningkatkan omzet pendapatan mereka," jelas Pramono Hadi Putro, Kepala Unit BRI Karangploso saat ditemui detikcom beberapa waktu lalu.

BRIPramono Hadi Putro, Kepala Unit BRI Karangploso Foto: Mustiana Lestari

Lebih lanjut, Mantri BRI penemu klaster dawet sagu Lasah Anindya Kristanti menyampaikan lewat pelatihan dari BRI, para pedagang diajarkan untuk membuat kemasan yang menarik. Ia berharap dengan adanya cara pengemasan yang baru dan lebih bagus, cendol dawet sagu dari Lasah ini bisa memiliki nilai jual yang lebih tinggi meski berat, jenis, dan takaran yang digunakannya sama.

ADVERTISEMENT

Untuk itu, Nindy mengenalkan kepada para pedagang kemasan cup plastik dengan branding khusus yang membuat cendol dawet sagu ini memiliki tampilan berbeda yang lebih kekinian.

"Logonya juga saya buat, di situ ada cangkir warna hitam dalamnya putih itu santan, pinggirnya itu merah maksudnya gula merah. Ada pohonnya itu maksudnya dari pohon sagu," ungkap Nindy.

Kemasan cup plastik yang transparan ini pun membuat pembeli dapat melihat langsung kesegaran cendol dawet sagu di dalamnya yang tampil menggugah selera.

Dengan adanya kemasan baru ini, cendol dawet sagu khas Lasah bisa menembus pasar yang lebih luas. Selain menarik, tampilan baru minuman tradisional dalam kemasan ini juga memudahkan pembeli saat akan mengonsumsinya. Tinggal seruput, pembeli dapat langsung merasakan segarnya es legendaris ini.

Cendol dawet dalam kemasan baru ini pun cukup laris diminati para pembeli yang membutuhkannya dalam partai besar, seperti di acara hajatan pernikahan atau sebagai konsumsi di event-event kantor.

Tak hanya itu, cendol dawet sagu khas Lasah dalam kemasan baru ini juga telah naik kelas dengan mulai dipasarkannya es tradisional ini di kafe, yakni The Roudh 78 yang terletak di kawasan Desa Wisata Pujon.

Supendi, salah satu pedagang cendol dawet sagu mengungkap penjualan di kafe membuat nilai cendol dawet yang dijualnya semakin meningkat. Jika semula hanya dihargai Rp 2.500 per mangkok, ia bisa menjual di kafe seharga Rp 5.000 per kemasannya.

Ia pun mengungkap kebahagiaannya, sebab adanya pemasaran di kafe ini membuat cendol dawet sagu khas Lasah bisa dicicipi pengunjung bahkan dari ibu kota. Diketahui, dari penjualan kafe dia bisa mengantongi uang Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu. Bahkan bisa hingga dua kali menyetok pasokan cendol dawet sagu ke kafe dalam satu hari saat jumlah wisatawan sedang memuncak.

Selain pelatihan pengemasan, BRI juga memberikan bantuan kepada klaster cendol dawet sagu khas Lasah berupa sarana prasarana seperti pengecatan rombong, mangkok batok, serta payung untuk membuat para pedagang keliling cendol dawet sagu khas Lasah lebih nyaman saat berjualan.

Kisah cendol dawet sagu khas Lasah ini menjadi satu dari kumpulan kisah dalam program Jelajah UMKM ke beberapa wilayah di Indonesia. Program Jelajah UMKM mengulas berbagai aspek kehidupan warga dan membaca potensi di daerah. Untuk mengetahui informasi lebih lengkap, Ikuti terus jelajah UMKM bersama BRI hanya di detik.com/tag/jelajahumkmbri.




(mul/mpr)

Hide Ads