Jamu cekok jadi solusi bagi sebagian orangtua untuk anak sulit makan. Tradisi ini masih banyak ditemukan di Yogyakarta. Apa saja rempah racikan jamu ini?
Salah satu penjual jamu cekok, Murjiyati (50) mengatakan, bahwa dia sudah berjualan sejak tahun 1985. Saat ini menjajakan jamu cekok di utara pasar Imogiri, hal itu dia lakukan sejak tahun 2008.
"Saya jualan jamu sudah 35 tahun, dari tahun 1985, tapi di sini (utara pasar Imogiri) baru tahun 2008, setelah gempa," katanya saat ditemui di tempat jualannya, Jalan Imogiri Timur, Kapanewon Imogiri, Bantul, Sabtu (6/3/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menyoal apa itu jamu cekok, warga Pedukuhan Kiringan, Kalurahan Canden, Kapanewon Jetis, Bantul ini menjelaskan jika jamu cekok diperuntukkan bagi anak-anak, khususnya anak-anak yang nafsu makannua berkurang. Dia menyebut, jamu cekok sendiri berbahan dasar empon-empon.
![]() |
Baca juga: Menengok Kampung Jamu di Bantul |
"Jamu cekok itu empon-empon, cabai puyang, bawang merah sedikit, tempe bosok sedikit, jeruk nipis dawung, semua empon-empon bisa untuk (membuat jamu) cekok," ucapnya.
Biasanya, kata wanita berhijab ini, anak-anak bisa mengkonsumsi jamu cekok sejak berumur 8 bulan. Menurutnya, selain menambah nafsu makan, jamu cekok berkhasiat untuk menambah daya tahan tubuh.
"Bagi anak usia 8 bulan sudah bisa dicekoki karena tidak ada bahan pengawet jadi aman untuk si anak-anak. Jadi kok minum cekok si anak sakit po, tidak, itu karena untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan nafsu makan," katanya.
Terkait asal muasal nama jamu cekok, wanita yang kerap disapa Bu Mur ini mengaku tidak tahu secara detail. Pasalnya sejak zaman dahulu sudah dinamai jamu cekok.
![]() |
"Cekok itu warisan nama dari nenek moyang, jaman dulu sebelum ibuk lahir, sekitar tahun 1950, mungkin nama cekok untuk nyekoki anak-anak. Karena ibu dulu suka dicekoki sama simbah, nah simbah yang menamakan cekok, saya tidak tahu mas," ujarnya.
"Yang jelas untuk nyekoki bocah tidak mau makan itu berarti namanya cekok. Cekok itu ya untuk seperti itu, kalau tifak mau makan ya dicekoki," imbuh Murjiyati.
Menurutnya, meski sudah banyak suplemen penambah nafsu makan dan daya tahan tubuh, saat ini masih banyak orangtua yang memilih jamu cekok. Bahkan, dalam sehari bu Mur dapat mencekoki 3-6 anak-anak.
"Dalam sehari 3, 4 sampai 6 orang, tapi harus janjian dulu lewat WA di nomor 085799134880 biar nanti dibuatkan dulu dan bisa barengan, meski setiap hari saya juga tetap menyiapkan bahan jamu cekok. Untuk harganya jamu cekok hanya Rp 5 ribu saja," ujarnya.
![]() |
Dihubungi terpisah, Kepala Seksi Farmakmin dan Alkes Dinas Kesehatan DIY Kartika Riantari mengatakan, bahwa jamu cekok termasuk salah satu obat tradisional yang perizinannya masuk dalam kategori Usaha Jamu Gendong (UJG). Sedangkan untuk perizinan dan pembinaannya ada di masing-masing Kabupaten/Kota.
"Jadi jamu cekok tentu boleh dikonsumsi sepanjang tidak menambahkan bahan-bahan lain yang dilarang," ucapnya.
Menurutnya, jamu cekok banyak ditemukan di desa Kiringan yang juga dikenal sebagai sentra pembuatan jamu. Bahkan, dia menyebut di sana sudah dilakukan pembinaan yang baik, sehingga para orangtua tidak perlu takut memberi anaknya jamu cekok.
"Sangat boleh di konsumsi, lagi pula kita melestarikan jamu sebagai budaya kita. Apalagi jamu cekok di desa/dusun Kiringan merupakan binaan Dinkes Kabupaten Bantul yang sudah banyak menang lomba di mana-mana," ucapnya.
(raf/odi)