Kisah Penjual Es Gabus yang Masih Bertahan hingga Kini

Kisah Penjual Es Gabus yang Masih Bertahan hingga Kini

Denny Prastyo Utomo - detikFood
Kamis, 27 Agu 2020 11:30 WIB
Kisah penjual es gabus
Foto: Denny Prastyo Utomo / detikcom
Surabaya -

Masih ingat dengan jajanan es gabus atau es roti yang populer tahun 90 an? Sampai tahun 2020 ternyata masih ada pedagang es gabus keliling di Kota Surabaya.

Salah satunya adalah Sutowo (64) pria kelahiran Blora, Jawa Tengah ini, terlihat berkeliling menjual es roti atau es gabus di kawasan Kelurahan Kebraon, Kecamatan Karang Pilang.

Saat di jumpai detikcom, pria paruh baya tersebut terlihat tersenyum, dan menawarkan es yang ia jual. "Iya mas mau beli es roti(es gabus) satu harganya Rp 1.000 saja," kata Sutowo kepada detikcom, Rabu (26/8/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kisah penjual es gabusKisah penjual es gabus Foto: Denny Prastyo Utomo / detikcom

Baca Juga : 5 Es Campur Legendaris di Jakarta yang Sudah Terkenal Nikmat

Sutowo, kemudian membuka kotak es yang di dalamnya tertutup koran, agar es yang ia jual masih bertahan membeku. Ia pun menawarkan es gabus tersebut mau ditambahkan susu coklat atau tidak.

ADVERTISEMENT

Setelah melayani pembeli, Sutowo pun berhenti sejenak menuggu pembeli yang lain. Di sana Sutowo menceritakan perjalanan menjual es gabus hingga bertahan hingga saat ini.

Pria yang tinggal di RT 2 RW 2, Kelurahan Warugunung, Kecamatan Karang Pilang itu, mengaku es gabus yang ia jual bukan buatan sendiri. Melainkan mengambil dari orang lain dan dijual kembali.

Kisah penjual es gabusKisah penjual es gabus Foto: Denny Prastyo Utomo / detikcom

"Setiap hari membawa 100 sampai 150 es roti (es gabus), sama membawa jajan lain seperti jipang, blendong. Ndak mesti habis namanya juga rejeki," ungkap Sutowo.

Sutowo mengaku, sebelum keliling jualan es roti atau es gabus di kawasan Kebraon, Kedurus, Wiyung hingga kawasan Gunungsari. Setiap pagi harus mengambil es roti tersebut di kawasan Sepanjang, Sidoarjo.

"Sekarang berangkatnya siang. Apalagi sekolah banyak yang libur. Jadi sekarang keliling hingga sore. Kadang habis kadang masih ada namanya juga rezeki dari Allah kita syukuri saja," ungkap Sutowo.

Kisah penjual es gabusKisah penjual es gabus Foto: Denny Prastyo Utomo / detikcom

Dengan membawa sepeda angin, pria yang akrab dipanggil Pak Manteb itu juga terus keliling, dengan membawa aksesoris tokoh pewayangan dengan memakai topi ala petani dan tidak lupa memakai masker. Ia pun mengungkapkan alasanya masih bertahan menjual es gabus, menurutnya hanya menjadi rejeki yang halal.

"Ya keliling saja sudah tua. Mungkin sudah takdir Allah, kemudian yang penting rejeki halal, tidak terikat waktu, berangkat sak wayah-wayah ya nggak opo-opo (berangkat kapan pun tidak masalah)," ujar Sutowo.

Kakek dua cucu ini, di setiap berjualan tidak lupa mampir di mushola dan masjid untuk melaksankan ibadah sholat lima waktu. Bahkan setiap keliling berjualan es roti atau es gabus ini, ia selalu membawa bekal dari rumah.

Kisah penjual es gabusKisah penjual es gabus Foto: Denny Prastyo Utomo / detikcom

Sutowo juga mengaku, berjualan es roti sejak tahun 1995 silam hingga kini masih bertahan. Bahkan hingga istrinya meninggal dan harus membiaya pendidikan anak semata wayangnya. Iapun membiayai anaknya hingga perguruan tinggi dan lulus menjadi sarjana. Semuanya dibiayai dengan berjualan es roti atau es gabus.

"Istri saya sudah meninggal tahun 2009 lalu, anak saya satu, cucu dua. Anak saya lulusan dari universitas," tandas Sutowo.

Baca Juga : Ini 5 Tips Mudah Bikin Es Campur Enak Di Rumah




(raf/odi)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads