Tradisi ruwatan cukur rambut gimbal di dataran tinggi Dieng tetap khidmat meski digelar di rumah. Disaksikan lebih dari 50 warga Desa Dieng Kulon Kecamatan Batur, Banjarnegara juga disiapkan makanan khusus dalam ritual ini.
Misalnya buju robyong. Makanan ini adalah nasi tumpeng yang bagian atasnya diberi jajanan pasar yang sudah ditusuk. Kemudian jajanan pasar seperti opak angin, krecek, di tempatkan di atas buju.
![]() |
"Buju robyong ini untuk menggambarkan si anak gimbal," terang Samin (50) sesepuh Desa Dieng Kulon sekaligus kakek Hafizul Aksa (6), bocah berambut gimbal yang baru diruwat.
Makanan lain yang disiapkan adalah buju kalung, lengkap dengan ayam dan kelapa yang telah di kupas. Nantinya, makanan ini diantarkan khusus untuk kaur kesra di Pemerintah Desa Dieng Kulon.
![]() |
"Kalau buju kalung ini untuk Kaur Kesra desa sini. Selain itu juga ada bunga mawar putih, mawar merah, rokok, teh, kopi, dan air putih. Ini untuk penghormatan kepada leluhur. Sedangkan buju robyong dan nasi kuning lainnya dimakan bersama-sama usai pencukuran," jelasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Usai dicukur, rambut anak gimbal ini kemudian dilarung di Telaga Balaikambang yang berada di dekat Candi Bima. Dalam prosesi ruwatan ini, juga sengaja mengundang warga sekitar. Hal ini sebagai ungkapan syukur.
![]() |
"Selain cukur rambut gimbal ini, juga dilakukan tasyakuran sama tetangga. Jadi bersyukur karena rambut gimbalnya sekarang dicukur dan sudah seperti biasa," terangnya.
(sob/odi)