Menjelang perayaan tahun baru Imlek, Atik Susiana Wati Elisa (44), warga Puri, Mojokerto mendapatkan banyak rezeki berkat mempertahankan tradisi membuat kue keranjang. Resep kue khas Imlek itu dibawa kakek dan neneknya dari China sekitar 60 tahun silam.
Elisa mengatakan, membuat kue keranjang sudah menjadi tradisi keluarganya sejak kakek dan neneknya tiba di Mojokerto. Menurutnya almarhum kakek dan neneknya itu asli keturunan China.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Ibu dua anak ini menuturkan, pada zaman neneknya dulu, kue keranjang dicetak menggunakan keranjang dari anyaman bambu. Oleh sebab itu, kue berbahan dasar ketan dan kula pasir ini diberi nama kue keranjang.
Seiring berjalannya waktu, cetakan keranjang diganti dengan bahan aluminium. Karena cetakan dari anyaman bambu hanya bisa untuk sekali pakai. Cetakan dari alumunium juga digunakan Elisa sebagai generasi ketiga pembuat kue keranjang dalam keluarganya.
![]() |
"Saya mulai membuat kue keranjang sekitar tahun 2011, saya warisi dari ibu saya Lin Siang Mei alias Lisa Melani," ujarnya.
Rupanya bisnis kue keranjang yang ditekuni Elisa bersifat musiman. Karena permintaan kue berasa manis dan kenyal ini hanya ada pada perayaan Imlek saja, setahun sekali.
"Kue ini biasanya dipakai salah satu perlengkapan sembahyang saat Imlek. Setelah itu dimakan bersama keluarga dan teman," terangnya.
![]() |
Meski perayaan Imlek jatuh 25 Januari nanti, istri Ronald Eduward (49) ini sudah mendapat pesanan 500 kue keranjang. Menurut dia, para pemesan yang datang sejak awal Januari merupakan pedagang kue di Kota Mojokerto. Kue-kue buatannya dijual kembali oleh pemesannya ke Surabaya dan Malang.
Kue keranjang buatan Elisa dijual seharga Rp 20.000 per buah. Dengan begitu, omzetnya saat ini mencapai Rp 10 juta. Tidak sampai sebulan, dia meraup untung sekitar Rp 2 juta.
"Karena setiap biji saya ambil margin keuntungan Rp 4.000," ungkapnya.
Sekilas kue keranjang buatan Elisa mirip dengan dodol (jenang) yang biasa dibuat orang Jawa saat mempunyai hajat nikahan atau khitanan. Bedanya, kue keranjang ini tidak terlalu manis. Padahal, kue ini menggunakan campuran ketan dan gula pasir dengan perbandingan 1:1.
![]() |
Pertama tepung ketan dan gula diolah menjadi adonan menggunakan gula pasir yang disangrai. Agar adonan lebih encer, ditambah dengan air rebusan daun pandan. Setelah diaduk merata, adonan ini disaring menggunakan keranjang plastik agar benar-benar lembut.
Adonan yang sudah jadi selanjutnya dimasukkan ke dalam cetakan bulat dengan takaran 500 gram untuk setiap kue. Untuk memasaknya, ternyata membutuhkan perlakuan khusus. Elisa mengkus adonan kue keranjang di cetakan menggunakan kompor minyak tanah.
![]() |
"Pakai kompor minyak tanah karena apinya lebih merata. Harus dikukus dengan api kecil selama dua jam," jelasnya.
Kue keranjang yang telah matang tinggal dikemas dengan plastik. Setiap kue diberi label dengan Bahasa Mandarin. Kue buatan Elisa diklaim bisa bertahan sampai satu tahun jika disimpan di lemari pendingin.
"Kelebihan kue keranjang buatan saya tidak menggunakan bahan pengawet, tapi bisa bertahan sampai dua bulan bahkan setahun kalau disimpan di kulkas," tandasnya.
(adr/odi)