Ada yang menarik pada peresmian jembatan Kolonel Sunandar atau Jembatan Tanggulangin, di perbatasan Kabupaten Kudus dan Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Jumat (22/11/2019). Tepatnya di jembatan yang tak lagi dipakai melintas kendaraan di jalur pantura tersebut digelar festival kopi.
Fertival bertajuk 'Festival Kopi Muria Kudus Menyeduh' digelar Jumat petang hingga malam hari. Acara berlangsung selama tiga hari ke depan. Pengendara yang tengah melintas jalur tersebut bisa melihat dan mampir menikmati kopi khas perbukitan Muria.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Menurut Sekretaris Daerah Kabupaten Kudus Sam'ani Intakoris mewakili Plt Bupati Kudus M Hartopo, pelaksanaan festival memang sengaja dilakukan di jembatan yang tak lagi aktif dilalui kendaraan. Mengingat jembatan itu dibangun sejak tahun 1960 dan sebelumnya menjadi akses penting jalur pantura.
"Jembatan ini dibangun 1960-an. Ini mempunyai nilai sejarah. Silakan menyeduh kopi," kata Sam'ani saat membuka acara, petang hari Jum'at.
Konon dahulu kala lokasi jembatan merupakan tempat perang Aryo Penangsang dan Joko Tingkir di zaman Sunan Kudus. Selain itu mereka ingin memamerkan bangunan ikonik yang merupakan pintu masuk kabupaten dari arah Semarang, yakni Gerbang Kretek Kota Kudus (GKKK), yang mempunyai arsitektur menawan.
Dengan demikian, warga bisa menikmati kopi sambil menikmati suasana jembatan dan GKKK. Sesuai rencana, acara serupa akan digelar rutin setiap tahun. Acara ini merupakan kali pertama dihelat.
![]() |
"Insya Allah akan rutin digelar. Tapi kita akan evaluasi dulu. Dalam area acara, terdapat beberapa stan penyedia kopi Muria. Wajib juga ada kopi Murianya. Dengan kopi sebagian besar adalah robusta," imbuhnya.
Pihaknya juga akan meluncurkan mobil yang akan menjajakan kopi Muria, yang diberi nama Roda Muria. Nantinya, Roda Muria akan keliling di beberapa kota seperti Solo, Yogyakarta, Bojonegoro, dan lainnya. "Nantinya kopi Muria yang dibawa seperti dari Colo, Ternadi, dan Rahtawu juga," jelasnya.
Koordinator acara, Doni Dole, mengatakan acara memang mengetengahkan kopi Muria yang mendominasi di stan. Selain juga ada kopi daerah lain.
"Ada 10 coffeeshop, dan 20 produsen kopi. Kali kami mengundang Demak, Kudus, Pati. Bicara kopi Muria juga ada Pati juga. Kami tidak mau ngangkat Kudus saja. Karena Kopi Muria luar biasa," jelasnya.
Iapun membeberkan sekilas tentang kopi Muria, yakni yang ditanam di dataran bukit Muria. Di antaranya tersebar di wilayah Kudus seperti Colo, Ternadi dan Semliro Rahtawu.
![]() |
"Cita rasa kopi memang tergantung dari sisi geografis asalnya. Rasa kopi akan berbeda jika ditanam di tempat yang berbeda. Jadi berbeda wilayah, berbeda cita rasa," ujar Doni yang juga salah satu barista kedai kopi di Kudus.
"Rata-rata yang paling banyak ditanam sebagian besar adalah jenis robusta. Ada arabica juga tapi sekitar 5 persen," tutupnya.
Kopi Muria dibandingkan dengan kopi daerah lain, lebih baik rasanya.
"Dengan ketinggian penanaman kopi Muria sekitar 600 meter di atas permukaan laut (dpl) hingga 900 meter dpl. Sedangkan jenis arabica ditanam di Semliro dengan ketinggian 1000 meter dpl-1100 meter dpl. Termasuk untuk daerah Tempur, Jepara ditanam di ketinggian 1.200 meter dpl," ungkapnya.
(odi/odi)