Di Maluku, Buah Bakau Beracun Bisa Jadi Snack Enak! Kok Bisa?

Di Maluku, Buah Bakau Beracun Bisa Jadi Snack Enak! Kok Bisa?

Mustiana Lestari - detikFood
Selasa, 29 Okt 2019 11:17 WIB
Foto: Mustiana Lestari
Maluku Tenggara - Bentuknya mirip cheese stick, panjang, kecil dan berwarna kuning kecokelatan. Saat digigit renyah dan langsung memunculkan rasa manis seperti akar kelapa. Banyak yang mengira ini snack berbentuk stick biasa tapi tahukah Anda ternyata snack ini berasal dari buah bakau yang beracun.

Ya, bahan baku stick ini berasal dari buah lindur atau buah yang berasal dari pohon bakau jenis Bruguiera gymnorrhiza. Sebagai informasi, lindur mempunyai racun jenis tanin dan HCN. Sehingga perlu pengolahan khusus untuk mengubah lindur menjadi snack yang enak, seperti yang dilakukan Naomi Lilhata.

Ibu dasawisma dari Desa Rumadian, Kecamatan Manyeuw, Kabupaten Maluku Tenggara ini bersama 8 orang lainnya mengolah Lindur menjadi snack cheese stick. Naomi mengaku perlu usaha ekstra dan proses yang panjang untuk mengolah lindur.

"Dicuci, direbus, dua jam baru diangkat, dikupas, baru diiris, baru direbus ulang lagi lalu disiram direbus ulang disiram lagi, sampai 3 kali lalu di-blender. Prosesnya sampai 5 -6 jam," kata Naomi kepada detikcom beberapa waktu lalu.

Di Maluku, Buah Bakau Beracun Bisa Jadi Snack Enak! Kok Bisa?Buah Lindur Bakau/Foto: Mustiana Lestari

Setelah racun hilang, lindur yang sudah diblender diuleni dengan tepung dan diberi bumbu. Lalu tinggal dicetak, dipotong, dan digoreng.

Perebusan dan perendaman dapat mengurangi dan menghilangkan racun-racun yang ada pada buah lindur, antara lain dari jenis tanin dan HCN. Dengan perendaman yang berulang, daging buah lindur yang awalnya berwarna coklat tua berubah menjadi coklat muda.

Dulu sebelum direbus, menurut Naomi, orang tua biasanya merendam lindur sehari semalam. Namun sekarang ada cara yang lebih cepat. Naomi mengaku mendapatkan cara lebih mudah ini dari pelatihan dan hasil lihat di media sosial.

"Ada dari kota datang, sosialisasi supaya ibu-ibu bisa bikin dari mangrove kita lihat gimana cara rebus. Ada pelatihan, ketemu pendamping kasih pelatihan sampai satu hari saja," ceritanya.

Bersama ibu-ibu yang lain, Naomi sudah memproduksi puluhan bungkus snack lindur yang dia hargai Rp 15 ribu per 100 gr. Jika stok habis baru dia dan rekannya kembali membuat lagi..

"Uang (hasil penjualan) dikasih ke bendahara biasanya dapat Rp 70 ribu per satu orang sekali jual. Uangnya untuk belanja beli gula beli beras," tandas dia.

Kini kelompok dasawismanya tengah menunggu keputusan Dinas Kesehatan untuk dapat memasarkan produk snack ini lebih luas.

Bahkan Kepala Desa Rumadian Hans Watratan mengaku akan mengalokasikan dana desa 2020 untuk membuat rumah produksi dan menunjang alat-alat.

Dia mengaku dana desa yang mengalir ke Desa Rumadian mampu menurunkan angka kemiskinan. Sebab dana desa dipergunakan untuk pemberdayaan masyarakat.

"Sudah membaik kesejahteraan membawa angka kemiskinan turun , sebelumnya 40 persen sekarang sudah di 10 persen dari 102 kk," tutup Hans.

Untuk mengetahui informasi lainnya dari Kemendes PDTT klik di sini.




(mul/ega)

Hide Ads