Putra keempat Slamet, Ardi Nur Prakosa, menceritakan ayahnya dirawat ke RS Kasih Ibu Solo pada Sabtu (28/9) sekitar pukul 22.00 WIB. Saat itu Slamet mengalami sesak napas dan harus dirawat di ICU.
"Mengalami sesak napas, keringat dingin, kata dokter terkena serangan jantung," kata Ardi saat ditemui detikcom di rumah duka sekaligus warung bebek goreng pertamanya di Sedahromo Lor RT 01 RW 07, Kartasura, Sukoharjo.
![]() |
Keluarga tidak menyangka Haji Slamet meninggal dunia karena penyakit jantung. Sebab selama ini Slamet belum pernah mengalami gejala penyakit jantung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Slamet pertama kali memulai usahanya pada 1986 di sudut SMP Muhamadiyah 1 Kartasura. Berawal dari warung PKL, Slamet lalu membuka warung di Sedahromo Lor yang hingga kini masih eksis.
Sejak berdiri warung tersebut, wilayah Kartasura pun banyak bermunculan warung bebek lainnya. Kini cabang warung bebek goreng Haji Slamet tersebar di berbagai daerah, seperti di Yogyakarta, Semarang, Jakarta, Surabaya, Malang, Kediri dan Kalimantan.
![]() |
Bagi Ardi, Slamet adalah sosok ayah yang juga teman sekaligus gurunya. Selama hidup, Slamet selalu membimbing anak-anak untuk bekerja dan beribadah.
Keluarga Haji Slamet juga kerap menggelar pengobatan gratis, membuka program takhfidzul qur'an gratis dan pengajian-pengajian umum.
"Pesan bapak itu, usaha untuk ibadah. Tidak hanya mencari untung, tapi harus memikirkan masyarakat juga," kata dia.
Haji Slamet wafat pada usia 70 tahun. Dia meninggalkan istri yang bernama Bariyatin, tujuh orang anak dan 14 cucu. Rencananya, jenazah Slamet akan dimakamkan di pemakaman keluarga Hastana Kendal, Kartasura.
(raf/odi)