Di Kampung Pasirkihiyang RT 4 RW 4, Desa Mekarsari, Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat (KBB) terdapat Kampung Awug. Lokasinya kurang dari satu kilometer dari area perkantoran KBB
Awug merupakan penganan khas Sunda yang terbuat dari campuran tepung beras, kelapa parut dan gula aren. Biasanya dicetak berbentuk kerucit dengan bebebrapa bagiannya dilapais gula merah parut.
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Edah (52), salah seorang perintis Kampung Awug mengatakan, aktivitas itu telah berlangsung sejak 26 tahun yang lalu.
"Saya termotivasi dari Mak Ijoh, beliau dan dua sepuh lainnya yang pertama kali membuat awug di sini, sekarang Mak Ijoh sudah meninggal," kata Edah saat ditemui di kediamannya, Kamis (22/9/2019).
![]() |
Ia mengaku butuh waktu satu tahun untuk mendapatkan rasa dan tekstur awug yang sempurna. Awug ciptaan Edah pun akhirnya menyebarluas dari mulut ke mulut.
"Kemudian saya jual ke Bandung, ternyata cukup menghasilkan. Sampai akhirnya awug kami bisa digunakan di acara Polda Jabar, Pemkot Bandung maupun Pemkab Bandung Barat," kata Edah.
Dari sana, ujar Edah, tetangganya mulai mengikuti usaha yang dilakukannya. Ia pun tak segan untuk berbagi ilmu dengan mereka.
"Saat ini lebih dari 20 rumah yang dijadikan home industry awug di kampung ini, orang yang tidak membuat awug pun sering datang untuk menjual kembali," ujarnya.
Dalam sehari, rata-rata produsen awug di Kampung Pasirkihiyang bisa membuat lima kilogram adonan awug. Mereka menjualnya dengan harga yang bervariatif, tergantung ukuran dan bahan yang digunakan.
![]() |
Sepintas tak ada penanda khusus adanya Kampung Awug di Pasirkihiyang. Yang ada hanyalah sebuah monumen berbentuk awug yang nyaris tak terperhatikan karena bentuknya yang kecil.
"Memang tak ada plang atau tanda apapun, orang-orang memang banyak yang enggak ngeh, tapi kalau lewat sini pasti tercium wangi kukusan kelapa," katanya.
(dvs/odi)