Dari Kampung Pasirkihiyang, Awug Diperkenalkan ke Pelosok Jabar

Dari Kampung Pasirkihiyang, Awug Diperkenalkan ke Pelosok Jabar

Yudha Maulana - detikFood
Kamis, 22 Agu 2019 16:50 WIB
Foto: yudha maulana/detikfood
Bandung Barat - Awug, makanan sederhana dari tepung beras ini selalu bikin kangen. Rasanya empuk, manis dengan kelapa parut yang wangi. Pusat pembuatannya ada di Kampung Pasirkihiyang.

Di Kampung Pasirkihiyang RT 4 RW 4, Desa Mekarsari, Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat (KBB) terdapat Kampung Awug. Lokasinya kurang dari satu kilometer dari area perkantoran KBB

Awug merupakan penganan khas Sunda yang terbuat dari campuran tepung beras, kelapa parut dan gula aren. Biasanya dicetak berbentuk kerucit dengan bebebrapa bagiannya dilapais gula merah parut.
Dari Kampung Pasirkihiyang, Awug Diperkenalkan ke Pelosok JabarFoto: yudha maulana/detikfood
Sejak pukul 03.00 dini hari, ratusan warga Kampung Pasirkihiyang sudah berjibaku di dapur. Mereka menyiapkan adonan tepung beras dan kelapa, kemudian memasukkan adonan tersebut ke dalam congcot (kukusan bambu berbentung segitiga untuk dikukus kemudian.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelum matahari terbit, awug yang telah dikukus kemudian dibungkus ke dalam wadah-wadah kecil. Lalu dijual ke berbagai wilayah di Kota Bandung dan Cimahi.

Edah (52), salah seorang perintis Kampung Awug mengatakan, aktivitas itu telah berlangsung sejak 26 tahun yang lalu.

"Saya termotivasi dari Mak Ijoh, beliau dan dua sepuh lainnya yang pertama kali membuat awug di sini, sekarang Mak Ijoh sudah meninggal," kata Edah saat ditemui di kediamannya, Kamis (22/9/2019).
Dari Kampung Pasirkihiyang, Awug Diperkenalkan ke Pelosok JabarFoto: yudha maulana/detikfood

Ia mengaku butuh waktu satu tahun untuk mendapatkan rasa dan tekstur awug yang sempurna. Awug ciptaan Edah pun akhirnya menyebarluas dari mulut ke mulut.

"Kemudian saya jual ke Bandung, ternyata cukup menghasilkan. Sampai akhirnya awug kami bisa digunakan di acara Polda Jabar, Pemkot Bandung maupun Pemkab Bandung Barat," kata Edah.

Dari sana, ujar Edah, tetangganya mulai mengikuti usaha yang dilakukannya. Ia pun tak segan untuk berbagi ilmu dengan mereka.

"Saat ini lebih dari 20 rumah yang dijadikan home industry awug di kampung ini, orang yang tidak membuat awug pun sering datang untuk menjual kembali," ujarnya.

Dalam sehari, rata-rata produsen awug di Kampung Pasirkihiyang bisa membuat lima kilogram adonan awug. Mereka menjualnya dengan harga yang bervariatif, tergantung ukuran dan bahan yang digunakan.
Dari Kampung Pasirkihiyang, Awug Diperkenalkan ke Pelosok JabarFoto: yudha maulana/detikfood
"Ada yang memakai gula aren, gula kelapa dan gula curah. Paling bagus pakai gula aren, selain itu juga beda tangan, beda rasa awugnya," katanya.

Sepintas tak ada penanda khusus adanya Kampung Awug di Pasirkihiyang. Yang ada hanyalah sebuah monumen berbentuk awug yang nyaris tak terperhatikan karena bentuknya yang kecil.

"Memang tak ada plang atau tanda apapun, orang-orang memang banyak yang enggak ngeh, tapi kalau lewat sini pasti tercium wangi kukusan kelapa," katanya.


(dvs/odi)

Hide Ads