Di dunia kopi, cupping merupakan proses menganalisa rasa sebelum kopi benar-benar disajikan untuk penikmat kopi. Ada 22 jenis kopi asal Indonesia yang dibawa ke ajang London Book Fair 2019.
Namun hanya ada 10 kopi yang disajikan untuk dicicipi pengunjung. Kopi-kopi itu mewakili Indonesia Barat dan Indonesia Timur yaitu Jawa Barat, Sumatera, Jawa Timur, Flores, Toraja, dan Bali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Kopi dari daerah-daerah ini sudah tersertifikasi indikasi geografis. Kita memang mau promosi kopi-kopi yang sudah tersertifikasi," kata barista Indonesia yang hadir di London Book Fair 2019, Muhammad Aga.
"Kenapa kopi yang tersertifikasi, karena orang luar itu pasti bertanya, ini kopi sudah tersertifikasi atau belum," lanjut pria yang akrab disapa Aga ini.
Muhammad Aga sendiri merupakan barista handal yang mewakili Indonesia di ajang World Barista Championship tahun lalu di Amsterdam. Sebelumnya ia menjadi juara Indonesia Barista Championship 2018. Pernah bermain dalam 'Filosofi Kopi', Aga juga membuka kedai kopi 'Coffee Smith' di bilangan Jakarta Selatan.
![]() |
Setelah teh Indonesia, kopi Indonesia kini mulai mendapat perhatian dunia. Karenanya antusias pengunjung pada acara cupping ini cukup tinggi. Mereka yang datang dari berbagai negara antre untuk mencicipi kopi yang tersedia. Tentu saja reaksi mereka pun bermacam-macam.
Lalu kopi dari mana yang paling banyak disukai pengunjung, Aga mengatakan, banyak pengunjung menyukai kopi dari Simalungun Sumatera Utara.
"Jadi ternyata banyak yang suka sama kopi dari Simalungun ini," kata barista yang dengan rinci menjelaskan karakter kopi Indonesia pada pengunjung. (lus/odi)