Kurangi Konsumsi Daging Bisa Cegah Perubahan Iklim Global yang Ekstrem

Kurangi Konsumsi Daging Bisa Cegah Perubahan Iklim Global yang Ekstrem

Andi Annisa Dwi Rahmawati - detikFood
Minggu, 10 Feb 2019 05:42 WIB
Foto: detikfood
Jakarta - Perubahan iklim di dunia kian memburuk. Salah satu upaya mengatasinya bisa melalui perubahan pola makan.

Bertempat di Almond Zucchini (8/2), Yayasan Doktor Sjahrir (YDS) dan The Climate Reality Project Indonesia menggelar bincang santai seputar hutan dan perubahan iklim bersama media dan blogger.

Lewat presentasinya, Dr. Amanda Katili Niode selaku Manajer Climate Reality Indonesia menjelaskan iklim dunia kian memburuk. Terbukti dari musim panas dan musim dingin ekstrem di belahan dunia berbeda.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Kurangi Konsumsi Daging Bisa Cegah Perubahan Iklim Global yang EkstremFoto: detikfood

"Kegiatan manusia banyak memicu perubahan iklim, membuat selimut bumi lebih tebal sehingga bumi lebih panas," kata wanita ramah ini. Ia mengatakan untuk mengatasi hal ini adalah sebuah tanggung jawab lintas generasi.

"Generasi yg lebih tua harus berusaha membekali generasi muda mengenai hal yg bisa dilakukan," lanjutnya. Ada beberapa hal penting yang bisa dilakukan. Amanda mengatakan, "Pertama, hemat kantung plastik mengingat tiap tahun pemakaiannya bisa mencapai 1 triliun di seluruh dunia."

Selain itu, mengingat industri fashion merupakan salah satu pencemar terbesar, usahakan tidak membeli produk fashion yang produksinya merusak lingkungan. Termasuk juga tidak membuang pakaian.

Kurangi Konsumsi Daging Bisa Cegah Perubahan Iklim Global yang EkstremFoto: detikfood

Yang menarik, dari sisi perubahan pola konsumsi juga bisa bantu atasi perubahan iklim. "Mengurangi makan daging sapi, misalnya, lebih baik bagi lingkunhan karena peternakkan sapi menghasilkan gas ke udara lebih banyak. Berbeda dengan tahu yang proses produksinya tidak terlalu berdampak buruk untuk lingkungan," kata Amanda.

Ia menambahkan konsumsi pangan lokal juga penting karena memangkas pelepasan gas buruk ke udara yang dihasilkan jika mengimpor makanan dari daerah atau bahkan negara lain. Seperti diketahui, semakin jauh 'perjalanan' sebuah bahan makanan maka semakin buruk pula dampaknya untuk lingkungan.

Turut hadir dalam acara, Ir. Murni Titi Resdiana, MBA, Asisten Utusan Khusus Presiden Bidang Pengendalian Perubahan Iklim. Dalam presentasinya Titi membahas soal Pohon dan Ekonomi Kreatif. Ia menyoroti penanaman dan pemanfaatan pohon bisa mendukung ekonomi kreatif.

Kurangi Konsumsi Daging Bisa Cegah Perubahan Iklim Global yang EkstremAyam panggang madu hutan.Foto: detikfood

"Kita harus punya solusi tapi harus meningkatkan perekonomian masyarakat," ujarnya. Menurutnya pohon adalah sumber serat, pewarna alam, bahan kuliner, furnitur, dan barang dekorasi. "Serat kelapa, contohnya, bisa diolah jadi kayu yany berarti bisa menggantikan fungsi kayu pohon sebagai konstruksi. Kabarnya kekuatannya juga lebih bagus," kata Titi.

Selain itu, serat kelapa juga bisa untuk bahan sabut pencuci piring. Ada juga serat alam Indonesia lain yang bisa diolah jadi bahan tekstil. Salah satunya daun ulap doyo dari Kalimantan yang bisa diubah jadi untaian benang halus.

Acara lalu ditutup dengan tanya jawab bersama para peserta. Tak ketinggalan mereka diajak menikmati produk hutan seperti ayam panggang madu hutan dan ayam jamur kulat pelawan.



Tonton video 'Yuk Jaga Alam Lewat Pola Konsumsi Pangan Kita!':

[Gambas:Video 20detik]

(adr/odi)

Hide Ads