Bertempat di kawasan Kota Lama Semarang, festival tahunan itu bisa menebus rindu makanan masa lalu. Deretan gerai makanan berjajar dengan menebar aroma khas mereka masing-masing.
Salah satu pengunjung, Diana (34) yang berkunjung bersama suami dan anaknya langsung tertarik ke gerai penjual Rambut Nenek. Gulali berbentuk serabut dengan balutan tepung itu memang mirip rambut beruban yang hits di tahun 90-an. "Makanan jadul ini bikin kangen. Ini reuni, dulu juga makan ini," ujar Diana, Jumat (21/9/2018) malam.
![]() |
Selain berkangen-kangenan dengan kuliner jadul, cara transaksi di festival cukup unik. Menggunakan uang khusus yang ditukarkan di kasir. Pengunjung bisa menukar uang rupiah dengan uang khusus bertema jadul itu. Jika masih sisa, bisa kembali ditukar rupiah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengunjung juga bisa merasakan kuliner khas Semarang yang bersejarah yaitu kue ganjel rel, kopi arab, lunpia, dan jamu jun. Makanan-makanan itu menggambarkan Kota Semarang yang khas dengan etnis Jawa, Tionghoa, Arab, Koja, Melayu, dan Belanda.
![]() |
Makanan legendaris tersebut ditempatkan di gerai tersendiri dekat dengan panggung utama dengan transaksi uang rupiah biasa. Peminatanya pun ramai dan jika tidak cepat-cepat maka bakal kehabisan.
Tidak hanya kuliner, pengunjung juga bisa mengunjungi gerai kesenian dari berbagai komunitas, ada grafir kayu, karikatur, fotografi, belajar membuat wayang bambu, bahkan juga ada penjual kaset pita dan piringan hitam.
Jika mau foto-foto, ada juga kendaraan-kendaraan retro dan juga manusia patung yang menarik diajak selfie. Di panggung utama juga dipertunjukkan berbagai kesenian. Festival Kota Lama 2018 sudah dibuka sejak hari Kamis (20/9) dan berakhir hari Minggu (23/9) besok.
![]() |
Pembukaan resmi dilakukan oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo hari Jumat malam kemarin. Ganjar mengapresiasi acara yang digelar di kawasan Kota Lama Semarang, ia pun berharap agar selalu ada acara tiap minggunya di sana untuk lebih menghidupkan destinasi sejarah itu.
"Kawasan ini harus ditiupkan ruh, harus ditiupkan rasa bahwa di sini bukan hanya manusia yang ada, bukan hanya bangunan yang asyik buat selfie, tapi ada nuansa yang tercipta di sini," kata Ganjar. (odi/odi)