Tidak seperti rumah makan pada umumnya, di rumah makan terapung ini pengunjung bisa menikmati sensasi makan seperti di atas ayunan. Uniknya, rumah makan terapung yang berada tepat di sebelah pasar 16 Ilir ini ternyata hanya menyajikan makanan khas daerah.
Selain itu, saat menyantap makanan, pengunjung juga bisa melihat indahnya jembatan Ampera dan kapal-kapal yang melintas dibawah ikon kota Palembang ini. Tak heran mengingat kapal adalah transportasi andalan masyarakat di tepian sungai Musi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Sudah 15 tahun buka rumah makan terapung. Awalnya jualan di atas, tapi karena tidak boleh sama pemerintah akhirnya kita buat ide untuk buat rumah makan terapung. Ini karena langganan banyak datang dari laut yang melintas di bawah Ampera," ujar Wardilah, pemilik rumah makan terapung "Mbok War" ini saat ditemui detikFood, Rabu (1/11/2017).
Untuk menu makanan, wanita yang biasa disapa Mbok War ini mengaku masih menjual makanan khas Sumsel seperti pindang baung, pindang gabus, pindang ikan tapa, pindang patin, pindang tulang, ikan bakar dan ayam bakar. Menu ini menurutnya masih sangat diminati masyarakat usai berbelanja di pasar 16 Ilir.
"Kalau sopir kapal, nelayan dan orang pulang belanja itu yang dicari tetap pindang. Jadi pindang adalah menu utama yang dijual di rumah makan terapung," imbuhnya.
![]() |
Untuk pembuatan rumah makan terapung, dirinya terpaksa merogoh uang tabungannya sekitar Rp 75 juta. Rumah makan pun bertahan hanya 3-4 tahun saja, karena bahan baku kayu mudah rusak jika terus-terusan terkena air.
Selain masyarakat lokal, Mbok War menyebut pada saat weekend pengunjung akan lebih banyak datang dari luar daerah. Bahkan dari turis mancanegara sering menikmati makanan khas miliknya yang buka sejak Pukul 06.30 - 15.30 WIB ini.
"Harga bisa bandingkan dengan rumah makan lain, pasti kami lebih murah. Ini juga jadi alasan kalau hari Sabtu dan Minggu itu banyak yang makan orang dari luar," tutupnya.
![]() |
Sementara Itu, salah seorang pelanggan rumah makan terapung Mbok War Firman Palapa mengaku ada sensasi tersendiri saat dirinya makan disini. Sebagai anak pantai, dirinya selalu merindukan suasana makan seperti di rumah makan terapung dengan melihat pemandangan di sepanjang sungai Musi.
"Saya itu dulu anak pantai, cari ikan dan sudah terbiasa makan di kapal, jadi kalau makan disini terasa dikampung, borgoyang-goyang saat ada kapal lewat. Intinya ada sensasi tersendiri yang dapat saya nikmati kalau makan disini, beda dengan rumah makan lainnya," kata Firman.
(adr/adr)