Cokelat Khas Bali Punya Karakter Unik yang Memikat Ahli Cokelat Prancis

Cokelat Khas Bali Punya Karakter Unik yang Memikat Ahli Cokelat Prancis

Lusiana Mustinda - detikFood
Selasa, 21 Feb 2017 12:03 WIB
Foto: iStock/detikFood
Jakarta - Bali menjadi salah satu daerah penghasil biji kakao di Indonesia. Karena karakternya unik, kakao ini menarik ahli cokelat Prancis.

Orang banyak mengenal Swiss, Belgia dan Prancis sebagai produsen cokelat berkualitas terbaik di dunia. Padahal, Indonesia adalah penghasil biji kakao terbesar ketiga di dunia.

Indonesia punya beberapa jenis cokelat yang berasal dari Tabanan (Bali), Pidi Jaya (Aceh) serta Glenmore (Banyuwangi).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Cokelat Khas Bali Punya Karakter Unik yang Memikat Ahli Cokelat PrancisFoto: iStock/detikFood
Menyebut cokelat Bali, kabupaten Tabanan, di sebelah barat Bali merupakan penghasil salah satu jenis cokelat yang populer. Cokelat Tabanan Bali punya citarasa yang lebih fruity dengan semburat rasa manis ringan seperti madu. Banyak diolah menjadi dessert dan chocolate bar.

Saat perkenalan dessert baru kolaborasi Bakerzin dan Valrhona di Plaza Senayan (17/02), Jeremy Guioth selaku Business Development Manager Singapore - Indonesia Chocolaterie Valrhona menyebutkan bahwa kualitas biji kakao asal Jembarana ini baik.

iapun menyebut soal kualitas biji kakao di Jembrana, Bali. Produsen cokelat premium asal Prancis ini tertarik dan berencana untuk mengolah biji kakao asal Indonesia.

Tentu rasa dari biji kakao disetiap daerah berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh keadaan tanah serta pohon apa yang ditanam disekitar pohon kakao tersebut. Ia mencontohkan, misalnya pohon cokelat yang ditanam dekat tanaman rempah akan menghasilkan rasa seperti peppermint.

Cokelat Khas Bali Punya Karakter Unik yang Memikat Ahli Cokelat PrancisFoto: iStock/detikFood
Guioth pun sudah meninjau biji kakao di beberapa daerah seperti Jawa dan Sulawesi. Sayangnya di daerah tersebut kebanyakan petani menanam biji kakao untuk diproduksi secara massal yang ditunjukkan untuk kelas menengah kebawah.

"Tentu hal ini perlu dikurangi untuk menjaga kualitas cokelat yang tetap baik," tambahnya. (lus/odi)

Hide Ads