Anak dan Cucu Yu Djum akan Lanjutkan Usaha 12 Warung Gudeg yang Ditinggalkan

Anak dan Cucu Yu Djum akan Lanjutkan Usaha 12 Warung Gudeg yang Ditinggalkan

Bagus Kurniawan - detikFood
Selasa, 15 Nov 2016 19:27 WIB
Foto: detikfood
Yogyakarta - Yu Djum atau Ny Djuwariyah Darmosuwarno pelopor gudeg Yogya telah meninggal dunia. Anak dan cucunya akan lanjutkan usaha gudegnya.

Usaha makanan khas Yogyakarta yang dirintis Yu Djum sejak tahun 1950-an. Beberapa cabang yang ada di Yogyakarta dan sekitarnya akan terus buka setelah masa berkabung selesai. Sedikitnya ada 12 cabang warung gudeg dengan brand name Gudeg Yu Djum yang ada di DIY.

Anak dan Cucu Yu Djum akan Lanjutkan Usaha 12 Warung Gudeg yang DitinggalkanFoto: detikcom

"Saat ini kita tutup semua. Nanti setelah masa berkabung selesai akan buka lagi," ungkap cucu Yu Djum, Sigit Alfianto kepada wartawan di rumah duka Dusun Karangasem Desa Catur Tunggal, Depok Sleman, Selasa (15/11/2016) sore.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sigit mengatakan Yu Djum atau sering dipanggil mbah putri (nenek) itu mempunyai tiga orang anak, 13 cucu dan 8 cicit. Salah satu anaknya sudah terlebih dahulu meninggal dunia 5 tahun yang lalu. Dia dimakamkan disamping ayahandanya di makam dusun setempat. Dia mengatakan sebanyak 12 warung gudeg Yu Djum yang ada sekarang ini akan diteruskan oleh anak cucunya.

Selama ini keluarga besar Yu Djum sudah mengelola bersama warung-warung tersebut. "Kita akan meneruskan warisan mbah putri ini," ungkapnya.

Awal mula gudeg Yu Djum dimulai sekitar tahun 1950-an. Saat itu dari rumah di dusun Karangasem tersebut gudeg dibawa menggunakan bakul menuju kawasan Wijilan Kecamatan Kraton Yogyakarta yang menjadi tempat berjualan pertama kali hingga sekarang.

"Waktu itu belum banyak alat transportasi sehingga harus digendong dari rumah menuju kota bersama mbah kakung (kakek)," katanya. Menurutnya suami Yu Djum, almarhum Suandi Dharmosuwarno yang memasak sendiri gudegnya. Sedangkan Yu Djum yang menjajakannya.

Anak dan Cucu Yu Djum akan Lanjutkan Usaha 12 Warung Gudeg yang DitinggalkanFoto: detikfood

Selain dijual di tempat biasa berjualan di Wijilan, nasi gudeg tersebut ada yang dititipkan di pasar. "Mbah kakung itu tentara dan pandai memasak gudeg dengan cita rasa manis dan kering bukan gudeg basah," cerita Sigit, sang cucu.

Gudeg racikan suami Yu Djum itulah yang kini jadi ciri khasnya. Kering, cokelat pekat kemerahan, rasanya tidak terlalu manis dan tidak cepat basi. Karena dimasak dengan bahan-bahan yang dipilih sendiri dan memakai api kayu bakar. (bgs/odi)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads