Meski Ekonomi Sedang Lesu, Bak Hwa di Singapura Tetap Laris

Meski Ekonomi Sedang Lesu, Bak Hwa di Singapura Tetap Laris

Tania Natalin Simanjuntak - detikFood
Jumat, 05 Feb 2016 07:04 WIB
Foto: Bee Cheng Hiang/Thinkstock
Jakarta - Kesadaran akan hidup sehat dan ekonomi di Singapura yang lesu tak berpengaruh pada perayaan tahun baru imlek. Buktinya, penjualan bak hwa tetap meningkat.

Meskipun beberapa orang mengaku mengurangi pembelian bahkan tidak membeli bak kwa sama sekali untuk tahun baru. Alasan mereka tak lain karena keadaan ekonomi yang tak menentu.

“Saya hanya membeli sedikit bak kwa tahun ini, bahkan lebih sedikit daripada yang saya beli tahun lalu. Ekonomi kita sedang tak baik, dan makan bak kwa banyak-banyak punya dampak buruk buat kesehatan,” ujar Adele Chew.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jasmine Chua pun berpendapat sama. “Saya malah tak membelinya, bak kwa bukan makanan yang sehat,” sambungnya.



Salah satu produsen bak kwa di Singapura adalah Bee Cheng Hiang, yang harga produknya telah naik 2 SGD atau sekitar Rp 19.000. Sebelumnya, bak kwa dijual seharga 52 SGD, atau sekitar Rp 502.000. Bak kwa adalah dendeng daging babi yang diberi aneka bumbu.



“Kami melihat adanya 10% kenaikan penjualan sejak awal tahun 2016. Hal ini sepertinya terjadi karena banyak orang yang menghadiahkan bak kwa sebagai hadiah atau bingkisan perusahaan,” jelas Ang Bee Kee, General Manager Bee Chiang Hiang, seperti yang dilansir dari channelnewsasia.com (04/02). Ia mengaku semakin mendekati imlek penjualan bak kwa semakin meningkat.

Hal serupa juga terjadi pada Lim Chee Guan, produsen bak kwa yang lain, yang juga populer di Singapura. Harga bak kwa di Lim Chee Guan bahkan telah naik SGD 6 atau sekitar Rp 58.000 per kilogramnya dari tanggal 1 Januari hingga tanggal 29 Januari 2016.

“Jika dibandingkan dengan hari biasa, penjualan ini telah naik 40%, dan jika dibandingkan dengan tahun lalu, tidak ada perbedaan penjualan yang signifikan,” ujar Lim Chee Guan.

Menurut Lim Chee Guan, kekhawatiran orang Singapura dengan keadaan ekonomi yang merosot kalah dengan keinginan mereka untuk merayakan tahun baru. Mungkin karena inilah bak kwa buatannya tetap laris manis di pasaran.



(tan/odi)

Hide Ads