Nadiya Hussain dari Leeds, memenangkan reality show masak populer di Inggris 8 Oktober lalu. Pada episode terakhir Great British Bake Off 2015, Nadiya membuat dessert “My Big Fat British Wedding Cake”. Bagi Nadiya, kreasinya merupakan cake pernikahan yang tertunda. Pada tahun 2005 ia menikah di Bangladesh dan di sana tak tradisi cake.
Cake yang diperciki lemon tersebut dihias dengan perhiasan dari hari pernikahannya di Bangladesh. Tempat cake diberi hiasan kain sari berwarna merah, biru dan putih yang melambangkan warna Union Jack. Tidak hanya cake yang memukau, Nadiya juga memenangkan tantangan teknik mille-feuille.
“Saya tidak memberi batas pada diri saya lagi, Saya tidak akan pernah mengatakan saya tidak bisa. Saya tidak akan pernah mengatakan mungkin. Saya bisa dan saya akan bisa,” tegas Nadiya dalam pidato kemenangannya.
Karena Nadiya anak dari imigran Bangladesh dan muslim, kemenangannya memicu perdebatan mengenai identitas nasional. Inggris disebut memiliki sejarah dessert sejak berabad lalu dan pembuatannya dianggap bagian klasik dari budaya.
Media di seluruh negeri menyambut kemenangan Nadiya sebagai momen budaya agama. The Telegraph menulis bahwa tidak pernah sebelumnya wanita muslim dengan hijab begitu menarik hati bangsa Inggris.
Nadiya sendiri pernah merasa khawatir bahwa penggunaan hijab dapat membuatnya asing pada fans acara itu.
“Saya sedikit khawatir orang mungkin melihat saya seorang muslim berhijab, dan bertanya-tanya apakah saya bisa membuat kue. Tapi saya berharap orang-orang telah menyadari bahwa saya bisa. Dan hanya karena saya bukan seperti stereotip orang Inggris, bukan berarti saya tidak menyukai bunting, cake dan teh,” ujar Nadiya pada majalah TV, Radio Times.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Shelina Janmohamed, penulis buku “Love in a Headscarf” mengenai wanita muslim Inggris, Nadiya telah melawan prasangka melalui kejujuran dan humornya. Begitu pula dengan kemampuannya membuat kue.
“Saya menyukai Nadiya. Jutaan orang di negara ini mencintai Nadiya. Ia bahkan tidak memerlukan nama julukan lagi. Ia adalah wajah Inggris saat ini: otentik, jujur, kreatif, emosional, dan tulus. Oh, dan dia seorang muslim. Dan dia hanya kebetulan mengenakan hijab,” tulis Shelina.
Dalam salah satu episode menegangkan, Nadiya berkelakar ia lebih berani melahirkan anak lagi ketimbang memanggang soufflé cokelat lainnya. Perdana Menteri David Cameron pun sempat memuji ketenangan Nadiya berada di bawah tekanan.
Kecintaan wanita usia 30 tahun itu pada pembuatan kue terinspirasi oleh gurunya di sekolah, Jean Marshall. Sebab dessert tidak biasa dalam kuliner Bangladesh. Akhirnya Nadiya yang lahir di Inggris terus belajar membuat kue.
Keikutsertaan dalam Great British Cake off sendiri tak lepas dari dukungan suaminya, Abdul. Dukungan suaminya telah membuat Nadiya percaya diri untuk mendaftar di acara itu.
(adr/odi)