Berbasis di Swiss, Barry Callebaut selaku produsen cokelat terbesar di dunia menyatakan keprihatinan mengenai potensi kekurangan kakao. Permintaan global untuk kakao telah melampaui jumlah produksi dan tren ini kemungkinan akan berlanjut.
Seperti dilansir dalam NY Daily News (17/11/2014), pada tahun 2020 permintaan dari chocoholics atau penggemar cokelat diprediksi akan mencapai lebih dari 1 juta metrik ton dan dapat meningkat menjadi 2 juta metrik ton pada tahun 2030.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Walaupun begitu, bukan berarti dunia akan kehabisan cokelat. Karena di masa depan akan diperkenalkan varian kakao baru yang akan menghasilkan rasa yang berbeda. Hal ini dikarenakan cocoa butter akan digantikan dengan lemak nabati yang harganya lebih murah.
Cocoa butter merupakan bahan yang paling mahal dalam produk cokelat dan bahan inilah yang akan menghasilkan rasa dan aroma yang khas. Dengan menurunnya pasokan, cocoa butter akan digantikan dengan bahan-bahan lainnya yang lebih murah seperti kismis dan nougat.
Biji kakao harganya telah meroket sebesar 63% dalam dua tahun terakhir, sementara susu bubuk telah melonjak sebesar 20%.
Menurut Confectioners National Association, harga eceran rata-rata coklat telah meningkat dari $ 4,92 atau sekitar Rp 60.122 per pound pada tahun 2009 menjadi $ 5,93 atau sekitar Rp 72.464 per pound pada tahun 2014.
Indonesia disebut-sebut sebagai penghasil kakao terbesar ketiga di dunia setelah Ghana dan Pantai Gading. Untuk itu, hal ini dapat menjadi peluang bagi pertanian cokelat Indonesia jika produktivitasnya ditingkatkan.
(lus/odi)