Desa ini terletak 650 km dari Juba, ibukota Republik Sudan Selatan. Sebagian besar warga adalah grup etnik Nuer yang sama dengan Riek Machar, pemimpin regu pemberontak Sudan Selatan.
Presiden Sudan Selatan, Salva Kiir yang berasal dari grup Dinka menuduh Riek akan melakukan kudeta pada bulan Desember. Tuduhan tersebut dibantah, tapi setelah itu Riek memimpin pasukan pemberontak untuk melawan Presiden Salva.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“WFP telah membantu masyarakat di Reke tapi bantuan makanan hanya datang sekali dalam dua bulan. Lihatlah masyarakat di sini, mereka menghadapi kelaparan,” tutur salah satu warga desa kepada BBC (11/09/2014).
Saat ini warga di desa Reke bertahan hidup dengan konsumsi teratai dari sungai terdekat. Biji bunga teratai dikumpulkan, ditumbuk, dan dicampurkan dengan air lalu dibuat menjadi hidangan. Beberapa kilometer dari Reke, terdapat klinik untuk merawat anak yang menderita malnutrisi parah.
Sejak konflik mulai pecah pada bulan Desember lalu, klinik yang dikelola oleh International Rescue Committee telah merawat 16 anak setiap minggu. Angka tersebut terus menurun akhir- akhir ini hingga tersisa hanya enam anak.
“Kami tidak yakin apakah hal ini berarti peningkatan kesehatan atau karena cuaca buruk banyak masyarakat yang tidak mempunyai akses ke klinik. Beberapa kali ditemukan beberapa warga yang berjalan kaki selama enam jam untuk mencapai pusat kesehatan,” tutur Peter Manyang selaku petugas klinik tersebut.
Sementara itu, agensi bantuan dari PBB berpacu dengan waktu untuk mengirimkan berton- ton makanan, obat- obatan bagi warga yang mengungsi. Menurut juru bicara Unicef, Doune Porter dengan konflik yang berkepanjangan dikhawatirkan situasi ini akan semakin buruk.
(dni/odi)