Ada yang baru saat berkunjung ke Urban Kitchen Pacific Place. Saat memasuki boutique food court ini, pengunjung disambut lampu neon besar bertuliskan inisial Urban Kitchen yang terlekat di dinding. Setelah 6 bulan direnovasi, sejak 5 Juni lalu Urban Kitchen Pacific Place tampil baru. Mulai dari kartu transaksi, logo, interior, hingga menu makanan.
"Industri F&B di Jakarta bergerak dengan cepat. Kami merenovasi Urban Kitchen karena ingin mengupdate imej, tempat, makanan, servis, dan interior agar sesuai dengan perkembangan tren di Jakarta," tutur Andrew Santoso, pemilik Urban Kitchen, saat peluncuran kembali Urban Kitchen Pacific Place Jakarta (26/06/2014).
Jika sebelumnya berkapasitas 450 tempat duduk, Urban Kitchen Pacific Place saat ini memiliki kapasitas 550 tempat duduk. Untuk kartu transaksi, Urban Kitchen masih menggunakan sistem yang sama sejak 6 tahun lalu. Sistem kartu dianggap lebih mudah dan higienis dibandingkan harus membayar langsung dengan uang di tiap counter.
Untuk menu makanan, kini Urban Kitchen memiliki dua dapur utama yaitu Waroeng 100 Hari dan Internasional. Bila dulu porsi dan harga tidak bisa dikontrol karena kerjasama dengan tenant, kini diatur sepenuhnya oleh Urban Kitchen.
Kehadiran Waroeng 100 Hari menjadi bentuk perayaan kekayaan dan kelezatan kuliner Indonesia. Berbagai makanan Indonesia populer dijual di Waroeng 100 Hari yang mengusung konsep kuliner temporer.
Semua makanan yang ada di Waroeng 100 Hari hanya akan ada dalam jangka waktu 100 hari sejak pertama dibuka. Setelah 100 hari, makanan tersebut akan diganti dengan menu lainnya agar pengunjung tidak bosan.
Ada enam tenant dalam Waroeng 100 Hari ini. Menurut Lidia Tanod, Operation Manager Waroeng 100 Hari, kualifikasi tenant diseleksi dari tempat makan yang enak, higienis, tampilan menarik, dan menunya berbeda dari biasanya. Mulai dari legenda kuliner hingga pengusaha kuliner baru dengan inovasi menarik, dipilih untuk berjualan di Waroeng 100 Hari.
Saat ini hadir Soto Mie Sarodja yang sudah ada sejak tahun 1970, Ayam Bahagia dengan ayam bakar bumbu rendang, Gudeg Huhah yang menambahkan oseng kikil super pedas, Mbokku Kitchen khas Jawa Timur, Soto Kudus Pak Minto, dan Empal Gentong Cirebon.
Tak hanya makanan berat, disini juga ada Kios Tjemtjeman yang menyediakan bermacam camilan dan seruputan tradisional. Roti bakar selai lobi-lobi, pisang penyet, ketan susu duren, teh poci pantura, dan wedang uwuh menjadi bagian dari menu Kios Tjemtjeman.
Selain Lidia Tanod, Urban Kitchen juga menggandeng Andrew Mulianto, Cindy Christian, dan Grace Khoesuma dari komunitas kuliner terkemuka Indonesia untuk menjadi kurator dalam menentukan menu yang ditawarkan Waroeng 100 Hari.
Untuk dapur Internasional di Urban Kitchen dibagi menjadi empat bagian yaitu Hong Kong Barbecue, Western, Thai, dan Japanese. Sajian internasional yang ditawarkan antara lain bebek Peking, dim sum, pasta, New York pizza, burger, pad thai, sushi, sashimi, teppanyaki, bento, bibimbab, pho, dan lainnya.
Selain makanan, Urban Kitchen juga menghadirkan merek kopi baru yaitu Breva Coffee. Banyaknya orang yang mengadakan rapat di sana dan semakin bertambahnya penikmat kopi membuat Urban Kitchen mengembangkan sajian kopi yang enak.
Renovasi sudah dilakukan di Urban Kitchen Pacific Place. Nantinya perubahan interior dan menu juga akan diterapkan pada outlet Urban Kitchen lainnya di Senayan City, Plaza Indonesia, dan Central Park.
(fit/odi)