Salah satu produsen wagyu berkualitas adalah Australia. Untuk memperkenalkan kualitas daging wagyu asal Australia, Meat & Livestock Australia (MLA) bekerjasama dengan PT Global Pratama Wijaya selaku importir menggelar 'Australian Wagyu: The Best of Beef'.
Menurut Dian Paramita, Marketing Director PT Global Pratama Wijaya, wagyu dari Australia sudah memiliki sertifikasi halal dan kesehatan. Sapi juga tidak ditambahi hormon dan antibiotik dalam pengembangannya karena kualitasnya memang sudah di atas rata-rata. Selain itu, asal usul sapi jelas dan terjamin sejak sapi lahir sampai dikonsumsi.
Beberapa merek daging sapi wagyu dan daging merah premium yang didistribusikan PT Global Pratama Wijaya antara lain Sher & Niksan Wagyu, Tajima, Shiro Kin Wagyu, Grainge Wagyu, John Dee Black Angus, Midfield and Homestead Beef, Victorian Veal, Country Fresh, dan Hunter Valley.
Pada daging wagyu terdapat tingkatan marbling atau Beef Marbling Score (BMS). Biasanya yang dipasarkan di Indonesia adalah BMS 3 - BMS 9. Marbling ini menentukan kelembaban, tekstur, dan jus dari daging.
"Semakin banyak lemak di tengah dagingnya makin tinggi marbling. Lemak dalam wagyu lebih banyak karena faktor genetik sapi. Tapi lemak ini gizinya sangat baik dan bukan lemak jenuh. Kalau tidak mau lemak terlalu tebal, lemak wagyu bisa dipakai untuk kaldu karena sangat wangi," jelas Dian Paramita saat acara berlangsung di The Energy Cafe Jakarta (26/06/2014).
Haryanto Christian, Promotional Support Coordinator MLA, menambahkan bahwa marbling sulit terlihat saat sudah dimasak. Marbling hanya bisa dirasakan dari tekstur dan kelembutannya saat dimakan. Adapun marbling bisa terlihat pada daging wagyu mentah.
Seperti daging umumnya, wagyu juga memiliki berbagai potongan. Selama ini wagyu dikenal dengan prime cut dan loin cut yang lembut. Ternyata bagian non loin atau secondary cut dari wagyu seperti shank, knuckle, brisket, dan top side juga sangat enak untuk dikonsumsi.
Harga bagian ini pun lebih murah dan terjangkau konsumen sehingga bisa digunakan untuk di rumah atau restoran. Inilah yang ingin diperkenalkan lebih jauh oleh PT Global Pratama Wijaya.
Dian Paramita memaparkan bahwa daging wagyu dari secondary cut lebih cocok untuk masakan Indonesia. Cara masak seperti presto atau braised tepat dalam mengolah daging ini. Meski jenis potongan tersebut mirip dengan kebanyakan daging sapi, namun daging wagyu akan membuat hasil masakan lebih baik.
Kualitas secondary cut wagyu dibuktikan dengan cooking demo oleh Chef Stefu Santoso dari The Energy Cafe. Saat demo, Chef Stefu membuat sajian wagyu dalam bentuk kebab dan salad, juga olahan secondary cut wagyu menjadi berbagai masakan. Contohnya baked potato granite & minced wagyu beef, minute steak beef & black pepper sauce, beef tinoransak, beef "tajine", braised beef kalio, serta biryani rice & wagyu beef yang disajikan dalam acara ini.
Menyambut Ramadan, PT Global Pratama Wijaya akan mengadakan program promosi selama 1 bulan (26 Juni - 27 Juli) di 25 outlet food service (hotel, restoran, dan kafe). Food service tersebut membuat menu spesial ramadan memakai wagyu dan daging merah lainnya.
Promosinya berupa diskon untuk pembelian Australian Beef khususnya Australian Wagyu. Konsumen yang membeli produk Australian Wagyu dan nonwagyu akan ikut menyumbang dalam program 'Sharing and Caring' Setiap pembelian 1 kg daging akan disumbangkan sebesar Rp 2.000 ke yayasan panti asuhan Sayap Ibu.
(fit/odi)