Obesitas Anak Usia Sekolah di China Meningkat

Obesitas Anak Usia Sekolah di China Meningkat

- detikFood
Minggu, 15 Sep 2013 11:15 WIB
Foto: Thinkstock
Jakarta - Gemuk belum tentu sehat. Seperti Amerika yang mengalami masalah obesitas di kalangan pelajar, demikian juga China. Anak-anak buta soal nutrisi dan makanan sehat. Mereka juga cenderung makan berlebihan.

Di masa lalu anak gemuk dianggap sebagai tanda anak sehat. Namun, kini China justru menghadapi masalah obesitas di kalangan anak-anak usia sekolah. Karenanya ahli nutrisi dilibatkan untuk memberi pengarahan pada pengurus sekolah, orang tua dan pengelola kantin sekolah.

Dalam piramida makanan di China, makanan dengan gizi seimbang dianjurkan dalam takaran 1200 kalori. Misalnya berbentuk nasi putih, ayam, tofu dan tumis sayuran.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti diansir chinadaily (11/09), Ma Baogui, pemasok makan siang sekolah menyatakan, ' Kami mengolah makanan secara tradisional. Tidak memakai bahan pengawet yang kurang baik untuk kesehatan anak.'

Selain itu harga makanan juga relatif terjangkau namun selera anak-anak rupanya sudah berubah. 'Saya tidak suka makan siang bergizi. Rasanya kurang memuaskan selera,' demikian komentar salah seorang anak.

Sementara Wang Changqi, ahli nutrisi dan pendidik berkomentar, 'Anak-anak makan apa saja yang mereka suka. Bisa jadi mereka tidak makan sekali atau bahkan kebanyakan makan.'

Rupanya makanan yang tinggi lemak, gula dan memakai bahan pengawet yang disukai mereka. Ikan dan sayuran paling tidak disukai. Dengan kondisi nutrisi tak seimbang, pelajar China menjadi makin gendut.

Di Beijing ada 230.000 orang di bawah 18 tahun yang obesitas. Meningkat 7% selama 10 tahun dan menduduki peringkat 5 dengan kasus penyakit darah tinggi, kolesterol tinggi dan gula darah tinggi. Namun, selama anggapan anak gemuk itu sehat masih dianut para orangtua, maka risiko obesitas akan terus meningkat.

Sampai saat ini China tidak mempunyai aturan hukum untuk nutrisi di sekolah. Sementara tenaga ahli nutrisi profesional masih sangat kurang. Tanpa dua hal tersebut, kembali pad aorangtua untu memilihkan makanan sehat untuk anak.

(dyh/odi)

Hide Ads