Hal ini berawal dari sebuah eksperimen di Lunel-Viel, Herault, Perancis. Di sana ada tiga ekor sapi (dua sapi Angus dan satu sapi Camargue) yang diberi wine lokal selama empat bulan. Wine tersebut berisi campuran barley, hay, dan anggur.
Ternyata, menurut Jean-Charles Tastavy yang memiliki ide ini, sapi-sapinya terlihat 'bahagia' sehingga dapat menghasilkan daging lezat. "Asupan alkoholnya harus setara dengan jumlah yang direkomendasikan lembaga kesehatan kepada manusia. Jika manusia sebaiknya minum 2-3 gelas wine sehari, maka bagi sapi angka ini dikonversi menjadi 1-1,5 liter wine per hari," jelas Tastavy. Angka tersebut setara dengan dua botol wine.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Steak dari sapi yang minum wine menjadi andalan restoran terbaik di Paris, Perancis. Laurent Pourcel adalah salah satu penggemar daging berlabel 'Vinbovin' ini. "Teksturnya sangat istimewa. Cantik, berpola marmer, empuk, serta dapat berkaramelisasi saat dimasak," ujar chef peraih bintang Michelin ini, seperti dikutip dari Today Online.
Di Jepang, sapi Wagyu sebagai asal muasal Kobe beef dipijat dan diberi minum sake. Tak hanya itu, Kobe beef yang asli pun perlu memenuhi serangkaian persyaratan ketat. Orang Inggris dan Amerika pun membuat Kobe beef versinya sendiri. Hasil persilangan sapi Wagyu dan Angus dipijat dan diberi minum bir hingga 20 liter sehari.
Bagaimanapun juga, sapi yang minum bir atau wine tentu membuat ongkos produksi membengkak. Untuk biaya pakannya saja melonjak hingga tiga kali lipat bagi sapi Tastavy. Hasilnya adalah prime beef cut seharga Rp 1.1 juta. Fantastis, bukan?
(dyh/odi)