Green Central City Rayakan Peh Cun dengan Festival Bacang

Green Central City Rayakan Peh Cun dengan Festival Bacang

- detikFood
Selasa, 26 Jun 2012 15:20 WIB
Foto: Detikfood
Jakarta - Bacang merupakan makanan khas Cina yang terbuat dari ketan atau beras, berisi daging berbumbu, dan dibungkus dengan daun bambu. Namun, kue berbentuk limas segitiga ini kini jarang ditemukan. Untuk melestarikannya, Green Central City menyelenggarakan Festival Bacang.

Festival Bacang diselenggarakan pada 22-24 Juni 2012 lalu di Gedung Candra Naya, Gajah Mada, Jakarta Pusat. Acara ini diselenggarakan untuk merayakan Peh Cun yang jatuh pada tanggal 23 Juni 2012. Berbagai kegiatan yang identik dengan perayaan ini digelar oleh Green Central City, superblock di kawasan Kota Tua.

Ada berbagai jenis bacang yang dihadirkan, baik dari Jakarta, Semarang, maupun daerah lain di Indonesia. Meski aslinya bacang berisi daging babi, namun kini sudah banyak variasi isi, seperti kuning telur asin atau kacang merah. Pembungkusnya pun tak selalu daun bambu. Di Sumatera, misalnya, bacang dibungkus dengan daun pandan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hal tersebut menunjukkan keragaman budaya Cina peranakan yang sudah berbaur dengan budaya lokal," ujar David Kwa, sinolog dan pengamat budaya Cina yang hadir sebagai pembicara di talkshow bertopik 'Makna di balik Tradisi Makan Bacang'. Selain David, ada pula Hartati Adiarsa (tokoh masyarakat) dan Kartum Setiawan (sejarawan dan praktisi Kota Tua) yang bertindak sebagai moderator.

Selain talkshow dan bazaar bacang, ada juga demo memasak bacang dan lomba memakan bacang. Perayaan Peh Cun di Green Central City pun makin semarak dengan lomba mendirikan telur, menghias lampion, bedah buku, serta fashion show kebaya peranakan. Tak ketinggalan, ada pula pagelaran seni dan budaya peranakan Tionghoa serta pameran sejarah tradisi Peh Cun dan replika perahu naga.

"Tujuan kami mengadakan Festival Bacang adalah untuk memperkenalkan kembali perayaan Peh Cun. Hal ini tidak lain karena kami ingin melestarikan budaya bernilai tinggi yang dibawa nenek moyang bangsa Cina ke Indonesia dan kemudian berasimilasi dengan budaya lokal," jelas Martono, Chief Operating Officer Green Central City.

(fit/odi)

Hide Ads