Senin (28/5), tuna sirip biru dari Jepang dilaporkan terdampar sejauh 6,000 mil ke pantai di California, Amerika Serikat. Menurut peneliti dari Stony Brook University di New York, Amerika Serikat, ikan tersebut telah terkontaminasi radioaktif.
Tak tanggung-tanggung, tingkat kontaminasinya 10 kali lebih tinggi dibanding jumlah yang terdapat dalam tuna di pesisir California pada tahun-tahun sebelumnya. Meski demikian, kadarnya masih jauh di bawah batas yang ditetapkan pemerintah Amerika Serikat dan Jepang, sehingga tidak berpengaruh pada manusia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para ilmuwan melihat peningkatan dua zat radioaktif, yakni caesium-134 dan caesium-137, pada tuna yang ditangkap lima bulan setelah krisis nuklir dibanding yang diuji sebelum bencana terjadi. Meski tuna itu dinyatakan aman dikonsumsi, banyak efek radioaktif dalam tubuh manusia yang belum diketahui.
Hancurnya pembangkit nuklir Fukushima membuat materi radioaktif berbahaya terbawa oleh angin. Karena letak reaktor nuklir tersebut relatif dekat dengan Samudera Pasifik, zat-zat radioaktif dapat mencemari air dan hewan laut dengan cepat. Ikan, cumi, udang, dan makhluk laut lainnya dari Jepang bisa saja ada di hadapan kita dalam bentuk sushi dan sashimi.
Peneliti akan menguji ulang lebih banyak sampel pada musim panas yang akan datang untuk mengetahui bagaimana radioaktif mempengaruhi populasi tuna. Mereka juga tertarik melacak pergerakan spesies lain yang bermigrasi, seperti penyu, hiu, dan burung-burung laut.
(fit/odi)