Ya, meskipun istilahnya beda namun kedua makanan ini nyaris mirip. Tentu saja karena keduanya sama-sama terbuat dari keong yang biasa ditemui di pematang sawah. Ukuran keong ini tidak begitu besar kira-kira seruas jari saja dan biasanya ditemui di restoran bermenu Jawa. Di RM Handayani, kol nenek disajikan mirip sup tetapi dengan kuah berwarna kehitaman. Rasanya agak gurih dengan irisan cabai merah yang besar-besar.
Lain lagi ketika saya berkunjung ke Bogor, tepatnya ke resto Imah Hejo milik vokalis Ungu, Pasha. Disana makanan ini disebut sebagai tutut monyong. Keongnya sendiri berwarna hijau bulat, bukan berbentuk luncip panjang seperti di RM Handayani. Disajikan mirip sup namun dengan kuah berwarna kekuningan yang gurih pedas karena diberi irisan cabe hijau besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika cara pertama tidak mempan, patahkan dulu sedikit ujung keong baru dihisap dan daging akan dengan mudah dimakan. Belum mempan juga? Tenang, masih ada cara terakhir yaitu dengan tusuk gigi untuk mencongkel dagingnya keluar hehe... Meskipun sukses, namun cara terakhir ini tidak cukup seru untuk menyantap kol nenek.
Nah, jika Anda menemukan makanan ini di buku menu jangan dihindari. Sesekali cobalah gurihnya si kol nenek ini! (dev/Odi)