Manfaat Vitamin C yang Mungkin Belum Anda Ketahui

Manfaat Vitamin C yang Mungkin Belum Anda Ketahui

Advertorial - detikFood
Jumat, 27 Nov 2020 00:00 WIB
adv
Foto: advIlustrasi vitamin C (foto: Shutterstock)
Jakarta - Asam askorbat atau yang lebih dikenal dengan nama vitamin C merupakan salah satu zat gizi mikro vitamin yang memiliki banyak manfaat. Zat gizi ini banyak terkandung dalam buah-buahan serta sayur-sayuran segar.

Di tahun 1920-an, saat vitamin C ditemukan ilmuwan asal Hungaria dari Universitas Szeged, Albert Szent-Györgyi, vitamin C berguna untuk mengobati pendarahan di gusi dan perdarahan bawah kulit, anemia, dan gangguan pertumbuhan tulang yang banyak diderita orang yang jarang mengonsumsi buah dan sayur segar.

Prof. Dr. dr. Saptawati Bardosono, M.Sc (Prof. Tati) menyebut dengan banyaknya kemajuan ilmu kedokteran dan bertambahnya masalah kesehatan manusia, seperti infeksi dan penyakit kronis semisal penyakit jantung dan pembuluh darah, maka ditemukan efek lain pada vitamin C.

"Sekitar tahun 1930, ditemukan efek lain dari vitamin C yaitu efek-anti bakteri terhadap kuman penyebab TBC dan bisa menghambat perbanyakan (replikasi) berbagai jenis virus, parasit dan jamur," ujar Prof. Tati.

Ia menjelaskan vitamin C juga bisa menjadi antioksidan saat adanya peradangan kronis dan stres oksidatif akibat kondisi kronis, yakni gangguan lambung (gastritis), gangguan pencernaan, diabetes tipe 2, obesitas, peradangan paru, penyakit saraf menahun, penyakit jantung, dan pembuluh darah.

Menurutnya efek sebagai antioksidan ini berhubungan erat dengan sistem imun tubuh yang diatur oleh sel darah putih yang membutuhkan vitamin C untuk proses perbanyakannya.

"Walaupun di dalam tubuh tersedia antioksidan endogen, namun dalam kondisi tertentu jumlahnya tidak cukup sehingga memerlukan vitamin C dan mineral lain sebagai antioksidan eksogen," paparnya.

Prof. Tati menjelaskan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 28 tahun 2019 tentang Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan untuk masyarakat Indonesia, kecukupan asupan vitamin C berbeda menurut usia dan jenis kelamin.

"Contohnya, untuk laki-laki usia 16 tahun sampai lebih dari 80 tahun adalah 90 mg per hari, sementara perempuan sebesar 75 mg per hari," katanya.

Lalu, anjuran vitamin C yang bisa dikonsumsi sebesar 200 mg atau lebih setiap harinya untuk mempertahankan kadar normalnya dalam darah. Bila aktif berolahraga dan kegiatan fisik lainnya, vitamin C yang dibutuhkan sebanyak 500-1.000 mg/hari agar tidak terjadi gangguan pernafasan setelah berolahraga.

"Terlebih pada seorang perokok dan sering mengonsumsi makanan yang tidak segar dan minuman keras, suplementasi vitamin C sangat diperlukan. Supaya dapat terhindar dari penyakit jantung, dianjurkan untuk mengonsumsi vitamin C dengan kadar 320-1,100 mg/hari," katanya.

Ketika seseorang kekurangan vitamin C maka akan terjadi hipovitaminosis C atau kekurangan vitamin C. Kondisi ini akan menyebabkan berbagai gejala klinis terkait fungsi vitamin C sebagai antimikroba, antiperadangan, dan antioksidan dalam tubuh yang berkaitan dengan penyakit kronis, penuaan, dan imunitas.

"Di masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) saat ini, dimana banyak orang sudah mulai bekerja dan beraktivitas di luar rumah, tubuh memerlukan imunitas tubuh yang kuat sehingga dapat terhindar dari berbagai macam penyakit. Semuanya dapat diperoleh dari vitamin C," ujar Prof. Tati.

Lalu, bagaimana cara agar seseorang bisa mengetahui kecukupan vitamin C harian?

Prof. Tati mengatakan Anda bisa mengevaluasi makanan yang telah dimakan setiap harinya. Idealnya, minimal mengonsumsi buah dan sayur segar sebanyak tiga porsi per hari.

Jambu biji mengandung vitamin C 125 mg/buah, jeruk 70 mg/buah, pepaya 90 mg/150 mg buah, stroberi 90 mg/150 g buah, brokoli 80 mg, kembang kol 50 mg, dan bayam 8,5 mg/30 g.

Jika masih kurang, Anda bisa mendapatkannya dari makanan dan minuman yang telah mengalami proses penambahan mikronutrien dengan melihat di label kemasannya dan juga dari suplemen vitamin C.

"Pada intinya, vitamin C merupakan zat gizi esensial, sehingga pemenuhan kecukupannya harus diperoleh dari asupan makanan sehari-hari maka konsumsinya secara terus menerus justru dianjurkan," pungkasnya.
(adv/adv)