Hati-hati, Konsumsi Daging Anjing Bisa Berbahaya Bagi Tubuh!

Kontroversi Konsumsi Daging Anjing

Hati-hati, Konsumsi Daging Anjing Bisa Berbahaya Bagi Tubuh!

- detikFood
Rabu, 13 Agu 2014 12:09 WIB
Foto: Thinkstock
Jakarta -

Mengonsumsi daging anjing banyak dilakukan di beberapa Negara. Di Korea, Vietnam, Tiongkok bahkan Indonesia juga masih mengonsumsi daging anjing. Tak hanya membahayakan kesehatan, daging anjing juga dapat tularkan penyakit serius yang dapat mengancam kesehatan.

Diluar pro dan kontranya, menurut tabel komposisi pangan Indonesia, dalam 100 gr daging RW anjing mengandung energi sebesar 198 Kkal, protein 24,6 gr, lemak 10,5 gr dan karbohidrat 0,9 gr.

Bila dibandingkan dengan daging sapi, daging anjing memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dan lemaknya lebih rendah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ada beberapa alasan mengapa daging anjing masih banyak dikonsumsi. Hal ini dikarenakan daging anjing dipercaya memiliki manfaat kesehatan seperti tingkatkan vitalitas pria, anti radang dan penghangat tubuh. Akan tetapi semua manfaat ini tidak memiliki bukti ilmiah sama sekali.

Berdasarkan hasil penelitian, justru daging anjing dapat menjadi perantara penularan penyakit yang dapat mengancam kesehatan tubuh seperti kolera, trikinelosis dan juga rabies.

Seperti yang dilansir dalam Skdogcatcampaign (13/08/2014) pada tahun 2011 di Korea Selatan pernah dilakukan penelitian daging anjing. Sebanyak 17 sampel daging anjing diperiksa ke Seoul Health Enviromental Research Center.

Setelah dilakukan penelitian ternyata dari 17 sampel yang diuji ternyata di temukan 7 sampel yang berisi 6 jenis kuman biasa, 4 jenis basilus usus besar (colon bacillus) dan 1 jenis stafilokokus kuning yang jumlahnya diatas batas standar.

Penanganan yang tidak baik menjadi penyebab daging anjing berbahaya untuk dikonsumsi. Metode penjagalan anjing pun berbeda di tiap daerah. Akan tetapi secara umum daging anjing yang dijual dipasok dari peternak ataupun hasil curian anjing yang berkeliaran di jalan atau anjing terlantar yang beresiko memiliki penyakit rabies.

Rabies merupakan penyakit yang diidap oleh anjing, kucing, kera, rakun dan kelelawar. Penyakit ini bersifat zoonotik yang dapat di tularkan melalui hewan ke manusia.

Selama proses penjagalan, rabies dapat ditularkan ke manusia dengan beberapa cara yaitu anjing yang di jagal kerap mengalami stres yang tinggi dan lebih mungkin untuk menggigit orang yang menanganinya dan berpotensi menularkan penyakit.

Selain itu, orang-orang yang menjagal anjing juga dapat menularkan virus pada mereka sendiri jika mereka menyentuh mata atau bibir ketika ada percikan cairan anjing di tangan mereka.

Sebagai contoh, pada tahun 2007, terdapat wabah rabies di Ba Vi, Vietnam, daerah yang penting untuk perdagangan daging anjing. District Department of Animal Health (DAH) melaporkan bahwa 70% kematian berasal dari gigitan anjing tetapi 30% ditengarai akibat terpapar pada waktu penjagalan atau pemotongan.

Dalam website Change for Animal, Anjing hidup di tempatkan dalam kandang yang sempit dengan kualitas makanan yang buruk. Faktor ini menyebabkan terjadinya penyakit infeksi dan kematian yang tinggi. Para peternak berupaya untuk menggunakan antibiotik dan vaksin secara serampangan dan berlebihan.

Seorang peternak daging anjing mengatakan dalam Skdogcatcampaign (13/08/2014) dia menggunakan antibiotik diatas batas yang diizinkan. Untuk seekor anjing besar dengan berat 20 Kg biasanya disuntikkan 15-20 ml antibiotik. Hal ini dapat membahayakan orang yang mengonsumsinya.

Terlepas dari pro dan kontranya, jika agama Anda membolehkan konsumsi daging anjing. Sebelum mengonsumsi daging anjing sebaiknya dicermati secara seksama. Mulai dari penanganan daging anjing hingga kehigienisan para pemasok daging.

(lus/odi)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads