Baru-baru ini, hasil studi peneliti dari Spanyol menunjukkan, remaja yang mengonsumsi makanan tinggi lemak memiliki risiko penurunan fungsi otak dan memori.
Seperti dilansir dari NY Daily News (25/06/2013), para peneliti dari CEU-San Pablo University di Madrid menemukan bahwa kelompok tikus remaja yang diberi diet tinggi lemak menunjukkan gangguan memori spasial yang signifikan. Dibandingkan dengan kelompok tikus lain yang diberi diet dengan jumlah kalori sama, namun sedikit lemak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedua, kelompok kontrol yang terdiri dari 15 tikus yang menjalani diet konvensional, namun dengan jumlah kalori yang sama. Kelompok ketiga dalam penelitian ini adalah tikus dewasa yang diciptakan untuk menguji efek diet tinggi lemak pada hewan di kemudian hari.
Kelompok-kelompok tikus kemudian ditempatkan di kotak terbuka berisi satu ruangan tunggal dan dua mainan. Para tikus diijinkan untuk mengeksplorasi ruang selama 10 menit. Walaupun sudah familiar dengan lingkungan kotak dan satu mainan didalamnya, para tikus tidak terlalu mengenal mainan kedua.
Eksperimen dilakukan dua kali, yaitu setelah satu jam dan 24 jam mainan baru ditempatkan di tempat yang berbeda. Para peneliti kemudian mencatat berapa lama waktu yang dibutuhkan tikus untuk menemukan mainan baru tersebut.
Hasilnya, kelompok tikus remaja yang diberi diet tinggi lemak membutuhkan waktu lebih lama untuk menemukan mainan baru dibanding dua kelompok tikus lainnya. Menurut penulis, kerusakan di memori otak tikus tidak bisa diperbaiki walaupun tikus sudah diberi diet rendah lemak.
Sementara itu, studi hewan lain juga menemukan kemungkinan adanya hubungan antara diet tinggi lemak dengan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) pada anak-anak karena pengaruh metabolisme dopamin di otak.
Studi dari University of Illinois menunjukkan, tikus yang diberi diet tinggi lemak menampilkan perilaku cemas serta menunjukkan penurunan fungsi memori dan pembelajaran.
(dyh/odi)