Procon, lembaga konsumen di Brazil, mengajukan denda sebesar 3,2 juta reais Brazil (Rp 15,6 miliar) kepada McDonald's. McDonald's diklaim secara konsisten mengarahkan pemasarannya kepada anak-anak yang belum cukup dewasa untuk membuat keputusan rasional.
Pihak McDonald's menanggapi tuntutan ini lewat email ke Huffington Post. Becca Hary, manajer global media relation, mengatakan bahwa jaringan restoran cepat saji terbesar di dunia ini berencana mengajukan banding terhadap putusan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, kasus tersebut dihentikan karena McDonald's membuat beberapa perubahan terhadap Happy Meal. Ukuran kentang gorengnya dikurangi, jumlah kalori dan lemaknyapun menjadi lebih rendah. Dulu rata-rata Happy Meal di AS mengandung 590 kalori dan 20 gram lemak, namun kini turun menjadi 450 kalori dan 16 gram lemak.
Begitupula di Amerika Latin. Pada 2011, kalori Happy Meal dikurangi menjadi di bawah 600 kkal. Sajian junk foodpun dihidangkan bersama buah segar. Namun, bagi Dr. Margo Wootan, hal ini tidaklah cukup.
"Masalahnya adalah pemasaran membentuk apa yang menurut anak-anak menarik untuk dimakan. Hanya di AS, anak-anak berpikir bahwa makanan berarti burger dan kentang goreng," ujar Wootan, direktur kebijakan nutrisi Center for Science in the Public Interest, seperti diberitakan Huffington Post (26/04/13).
Menurut NPR, Happy Meal adalah salah satu menu paling populer di McDonald's. Konon, menu anak ini menyumbang 10% dari total penjualan. Meski demikian, sajian McDonald's diduga berkontribusi terhadap epidemi obesitas anak secara global. Di seluruh dunia, jumlah anak usia prasekolah yang gemuk atau obesitas sekitar 43 juta di tahun 2010.
Tahun lalu, seorang politisi Chile mengajukan larangan hadiah mainan dalam paket menu anak di restoran cepat saji karena diduga menjadi penyebab obesitas. Mainan dilarang, McDonald's Inggris tak kehabisan akal. Mereka menggunakan buku cerita sebagai hadiah untuk mempromosikan Happy Meal kepada anak-anak.
(fit/odi)