Jeffrey Lipton, kandidat doktor di Creative Machines Lab, Cornell University dan kepala petugas teknologi di Seraph Robotics mengembangkan printer 3D makanan. Ia berpendapat bahwa makanan yang diciptakan berdasarkan data dihadirkan untuk mengambil bagian besar dalam pola makan manusia beberapa tahun ke depan.
Lipton memprediksi bahwa teknologi seperti 3D printer dan personal data digital akan memberikan solusi pada pembentukan hidangan dalam jumlah besar. Hal ini memudahkan para chef membuat hidangan yang bisa disesuaikan dengan rekomendasi asupan gula, lemak, dan sodium para pelanggan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lipton dan koleganya, Hod Lipson mengumpulkan informasi tentang tinggi, berat, masa indeks tubuh, jadwal harian, dan kekurangan kalori mereka. Setelah data dikumpulkan, mereka menggunakan printer 3D untuk mencetak dua buah biskuit berdasarkan 10 persen kekurangan kalori masing-masing.
“Kedua biskuit ini mempunyai ukuran yang sama, tapi dibuat dari bahan yang berbeda berdasarkan kebutuhan gizi kami,” tutur Lipton kepada Huffington Post (26/04/2013).
Sebagai tambahan kreasi biskuit, chef dan tim peneliti telah bereksperimen dengan mencetak beberapa beberapa bentuk hidangan mulai dari scallop dengan bentuk bangunan hingga pencetakan pasta, keripik, dan ramen.
Adonan kue, cokelat, dan frosting digunakan sebagai bahan mentah, lalu printer akan mencetak obyek lapisan demi lapisan hingga tercipta bentuk yang diinginkan.
Lipton mengakui ada beberapa tantangan yang harus dihadapi untuk mengembangkan teknologi ini seperti membuat materi yang aman dimakan dan sesuai dengan cetakan printer. Biaya pencetakan 3D juga masih tinggi untuk memproduksi bahan makanan massal yang layak dimakan.
(fit/odi)