Seperti yang dilansir dari AFP, Selasa (6/3) lalu para pemimpin umat Muslim dan Yahudi bersatu untuk memprotes peryataan PM Francois Fillon. Mereka menilai pernyataan Perdana Menteri Perancis tersebut dianggap sebagai ajang sensasi dalam pemilihan pemilu mendatang.
"Permasalahan negara Perancis begitu besar karena kita berada di dalam masa krisis. Jadi bagaimana daging kosher dan daging halal menjadi sebuah permasalahan besar bagi Perancis?" tanya Gilles Bernheim, seorang Rabi besar Perancis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Reaksi luar bisa ini timbul dari komunitas kedua agama tersebut, sehari setelah Perdana Mentari Francois Fillon meminta kaum Muslim dan Yahudi untuk mempertimbangkan penghapusan penyembelihan daging secara halal dan kosher. Fillon mengeluarkan himbauan tersebut di tengah usaha Presiden Prancis, Nicolas Sarkozy yang berusaha menarik simpati calon pemilih tengah-kanan.
Masalah tersebut juga dipicu oleh pemilih sayap kanan dari Front Nasional anti-imigran yang dipimpin oleh Le Pen Laut. Bulan lalu, Le Pen membuka perdebatan halal ketika ia mengklaim semua daging dari pemotongan hewan wilayah Paris dilakukan dengan menggunakan tradisi halal Islam. Hal itu membuat konsumen non-Muslim di ibukota saat ini sedang disesatkan.
Senin lalu (5/3) Fellon mengatakan,"Agama seharusnya tidak lagi menjalankan tradisi yang tidak lagi sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan masalah kesehatan saat ini."
Francois Hollande, kandidat Sosialis terdepan dalam jajak pendapat mengatakan bahwa saingannya melakukan tindakan yang terlalu jauh dan menyerukan untuk "menahan diri". "Warga Muslim dan Yahudi merasa sakit hati, apa pun kesetiaan politik yang mereka pilih," ungkapnya (6/3).
Menteri Dalam Negeri Claude Gueant menjelaskan, daging halal merupakan salah satu alasan mengapa pemerintah sekarang menentang rencana Hollande untuk memberikan hak bagi penduduk asing untuk melakukan pemungutan suara dalam pemilihan lokal Perancis.
"Sebagai contoh, kita tidak ingin anggota dewan lokal asing membuat daging halal wajib di kantin sekolah," kata Gueant.
Pemerintah Sarkozy mendapat kecaman dari kelompok Muslim untuk serangkaian tindakan yang dilaksanakan selama lima tahun pemerintahannya. Mereka percaya tindakan tersebut tidak adil terhadap stigma masyarakat mereka, termasuk larangan mengenakan jilbab seluruh wajah. Sedangkan pihak berwenang sendiri mengatakan hal itu ditujukan untuk melindungi tradisi sekuler Perancis.
Sungguh ironis, karena Perancis adalah rumah bagi minoritas Muslim terbesar di Eropa Barat. Diperkirakan sedikitnya terdapat empat juta Muslim di Perancis dan juga komunitas Yahudi terbesar yang mencapai 700.000 orang.
(dev/dev)