Ada lebih dari 1,000 spesies serangga yang sering dimakan manusia. Beberapa di antaranya diyakini bergizi tinggi dan dapat menjadi alternatif. Cacing, misalnya, mengandung protein 3 kali lebih tinggi daripada daging sapi per ons. Selain itu, kalsium dari segelas susu bisa digantikan oleh 4 ekor jangkrik.
Berdasarkan data UN Food and Agriculture Organization, sebanyak 2.5 milyar orang di seluruh dunia secara rutin mengonsumsi makanan berbahan serangga. Ada 80% negara di bumi yang sudah memakan serangga. Karena inilah, PBB dan Uni Eropa mulai melirik serangga sebagai sumber protein alternatif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Daniel Creedon, koki London Archipelago Restaurant yang menyajikan menu berbahan semut, belalang, dan lebah berbalut madu, menyetujui hal ini. “Tidak banyak orang yang mau makan 'burger belalang'. Maka, produsen sebaiknya menyebut makanan tersebut 'berbahan protein hewani',” ujarnya kepada Daily Mail.
Nantinya, serangga akan diperkenalkan kepada masyarakat Eropa sebagai bahan aditif dalam burger dan makanan fast food. “Serangga berperan sebagai pemerkaya kandungan protein dalam makanan tersebut. Label yang bisa disematkan untuk menjual makanan ini adalah 'lebih tinggi protein', 'mengandung lemak sehat', atau 'eco-burger',” tulis website Treehugger.
Berbeda dengan bahan pangan konvensional, beternak serangga tidak memerlukan banyak ruang. Mereka dapat dibudidayakan di ruangan tertutup dengan penerangan alami, serta dapat hidup dari limbah, sampah kertas, dan ganggang (lumut).
Beberapa akademisi percaya bahwa dampak lingkungan dan biaya pemeliharaan ternak yang semakin tinggi akan membuat konsumsi serangga tak terhindarkan. Mereka mengklaim kebiasaan tersebut akan meluas pada akhir dekade ini.
“Mempersiapkan dan membuat masyarakat terbiasa terhadap ide ini adalah hal yang paling penting, karena mulai tahun 2020, kita tidak lagi punya banyak pilihan,” kata Prof. Marcel Dicke dari Wageningen University, Belanda.
Riset serangga yang akan diselenggarakan tahun ini merupakan bagian dari program Millennium Development Goals (MDGs) untuk menyiasati kekurangan pangan dan pelestarian lingkungan.
(Odi/Odi)